Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

  • RAHASIA DI AKHIR TASYAHUD

    Sukses, ternyata tidak lepas dari kecerdikan dalam memilah dan memanfaatkan kesempatan, apapun bentuk kesuksesan itu. Sehingga memerankan strategi yang baik sangatlah penting dalam kehidupan seorang muslim.

  • SAATNYA AKU TIADA LAGI BERMIMPI

    Hunian super mewah di dunia belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hunian yang Allah sediakan di surga. Untuk memilikinya pun bukanlah mimpi, bahkan seorang mukmin yang paling miskin pun bisa meraihnya, dan hal itu bukanlah perkara yang mustahil.

  • HAK-HAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

    Hak-hak anak bagi orang tua ibarat biji-bijian yang hendak ditanamnya. Apabila biji-bijian ini ketika sebelum maupun setelah ditanamnya diperhatikan dan dirawat dengan baik, niscaya ia akan menjadi tanaman yang subur dan menghasilkan buah yang baik lagi banyak.

  • DOSA-DOSA PACARAN

    Cukuplah bagi kita, khususnya orang tua atau mereka yang di bawah tangannya tergenggam amanah akan pendidikan maupun perkembangan anak-anaknya, bahwa fakta maupun realita yang kerap terdengar dan menjadi santapan sehari-hari kita menunjukkan akan buruknya akibat dari sebuah pacaran.

Alam Barzakh

Alam barzakh itu ada dan merupakan kebenaran yang akan dilewati oleh setiap manusia dalam perjalanannya menuju negeri akhirat. Di dalamnya ada nikmat dan azab (siksa). Iman kepadanya merupakan iman terhadap perkara-perkara yang ghaib. Barangsiapa mengingkarinya, niscaya penyesalanlah yang kelak akan dirasakan olehnya.

Apa Itu Alam Barzakh?

Dalam ash-Shihah, Al-Jauhari mengatakan bahwa al-Barzakh maknanya adalah diding/sekat yang membatasi dua benda. Alam barzakh berarti alam yang terletak di antara alam dunia dan alam akhirat semenjak hari kematian sampai hari kebangkitan, barangsiapa meninggal dunia maka ia telah memasuki alam barzakh.

Alam barzakh atau yang dikenal dengan alam kubur merupakan pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat dan menjadi awal persinggahan negeri akhirat. Setiap manusia pasti akan melewati alam ini sampai pada hari mereka dibangkitkan untuk menghadapi hari penghisaban amal. Barangsiapa selamat darinya, niscaya akan mudah perjalanan selanjutnya, dan jika tidak selamat, maka yang setelahnya akan lebih berat lagi baginya.

Alam barzakh/alam kubur bagi orang-orang beriman yang taat merupakan taman dari taman-taman surga, dan menjadi lubang dari lubang-lubang neraka bagi orang-orang kafir maupun para pelaku maksiat yang akan terus menyiksa diri mereka di setiap pagi dan petang sampai datangnya hari penghisaban.

Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا القَبْرُ رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ أَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ

"Alam kubur adalah taman dari taman-taman surga atau lubang dari lubang-lubang neraka." (HR. At-Tirmidzi, no. 2460)

Penyesalan Orang-Orang Kafir

Kelak di alam barzakh, orang-orang kafir akan menyesali keadaan mereka. Tidak ada keinginan dalam diri mereka melainkan keinginan untuk dikembalikan ke dunia. Mereka tidak lagi menginginkan harta, kedudukan, kepopuleran, keluarga, bahkan orang-orang dekat yang sangat mereka cintainya, yang mereka inginkan tidak lain hanyalah dikembalikan lagi ke dunia untuk bisa beramal shalih.

Akan tetapi ucapan mereka hanyalah dusta belaka. Seandainya mereka dikembalikan ke dunia yang kedua kalinya, niscaya mereka akan tetap kembali ke dalam kekufuran. Allah berfirman:

ﮨ  ﮩ   ﮪ  ﮫ  ﮬ  ﮭ  ﮮ   ﮯ    ﮰ  ﮱ  ﯓ  ﯔ  ﯕ   ﯖﯗ  ﯘﯙ  ﯚ  ﯛ
  ﯜ  ﯝﯞ  ﯟ  ﯠ    ﯡ  ﯢ  ﯣ    ﯤ  ﯥ  

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, 'Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.' Sekali-kali tidak! Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan dihadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun: 99-100)

Adakah Teman di Alam Barzakh?

Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dalam kitab Shahihnya, dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda:

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ

"Tiga perkara yang mengikuti orang yang telah meninggal dunia, yang dua akan kembali dan tersisa satu yang akan terus mengikutinya. (Ketiga perkara itu) yang akan mengikutinya ialah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sementara amalnya akan terus mengikutinya." (HR. Bukhari, no. 6514)

Di alam barzakh, setiap manusia akan hidup sendiri serasa berada dalam pengasingan, tak ada sesuatupun yang menjadi teman melainkan amalnya.

Rasulullah bersabda:

فَإِنَّهُ لَمْ يَأْتِ عَلَى القَبْرِ يَوْمٌ إِلاَّ تَكَلَّمَ فِيهِ فَيَقُولُ : أَنَا بَيْتُ الغُرْبَةِ وَأَنَا بَيْتُ الوَحْدَةِ،

وَأَنَا بَيْتُ التُّرَابِ، وَأَنَا بَيْتُ الدُّودِ

"Tidak terlintas suatu hari di alam kubur melainkan ia (kubur) akan berkata, 'Saya adalah rumah pengasingan, rumah kesendirian, rumah dari tanah dan rumah belatung.'" (HR. At-Tirmidzi, no. 2460)

Barangsiapa amalnya baik di dunia, maka amal kebajikan itu adalah temannya yang akan membuat dirinya senang dan lapanglah alam kuburnya.

Disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa ketika seorang mukmin meninggal dunia untuk menuju negeri akhirat, dikatakan kepadanya:

فَأَفْرِشُوْهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَأَلْبِسُوْهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوْا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ. فَيَأْتِيْهِ مِنْ رَوْحِهَا، وَطِيْبِهَا،
وَيُفْسَحُ لَهُ فِيْ قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ . وَيَأْتِيْهِ رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ، حَسَنُ الثِّيَابِ، طَيِّبُ الرِّيْحِ، فَيَقُوْلُ:
أَبْشِرْ بِالَّذِيْ يَسُرُّكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِيْ كُنْتَ تُوْعَدُ، فَيَقُوْلُ لَهُ: مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ
يَجِيْءُ بِالْخَيْرِ، فَيَقُولُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ، فَيَقُولُ: رَبِّ أَقِمِ السَّاعَةَ حَتَّى أَرْجِعَ إِلَى أَهْلِي وَمَالِي

"'Hamparkanlah untuknya (permadani) dari surga, pakaikanlah untuknya (pakaian) dari surga, dan bukakanlah baginya pintu yang menuju surga.' Maka sampailah kepadanya aroma dan keindahan surga itu, dan kubur pun dilapangkan baginya sejauh mata memandang. Kemudian datang kepadanya seorang lelaki yang berwajah tampan, pakaiannya bagus dan aromanya wangi sembari berkata, 'Bergembiralah dengan sesuatu yang telah menyenangkanmu, ini adalah hari yang dahulu kamu dijanjikan.' Ia (orang mukmin) pun bertanya, 'Siapakah kamu, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?' Ia menjawab, 'Aku adalah amal shalihmu.' Akhirnya ia (orang mukmin) berkata, 'Wahai Tuhanku, tegakkanlah kiamat agar aku bisa kembali kepada keluargaku.'" (HR. Ahmad, no. 18534)

Dan barangsiapa yang amalnya buruk di dunia, maka amal keburukan itulah yang akan menjadi teman di kuburnya. Ia akan menjadi temannya yang berwajah buruk, pakaiannya jelek dan baunya tidak sedap. Dan dikatakan kepadanya:


فَافْرِشُوْا لَهُ مِنَ النَّارِ، وَافْتَحُوْا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ، فَيَأْتِيْهِ مِنْ حَرِّهَا، وَسَمُوْمِهَا،

وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيْهِ أَضْلَاعُهُ، وَيَأْتِيْهِ رَجُلٌ قَبِيْحُ الْوَجْهِ، قَبِيْحُ الثِّيَابِ،

مُنْتِنُ الرِّيْحِ، فَيَقُوْلُ: أَبْشِرْ بِالَّذِيْ يَسُوْءُكَ، هَذَا يَوْمُكَ الَّذِي كُنْتَ تُوْعَدُ، فَيَقُوْلُ: مَنْ أَنْتَ ؟

فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيْءُ بِالشَّرِّ، فَيَقُوْلُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيْثُ، فَيَقُوْلُ: رَبِّ لَا تُقِمِ السَّاعَةَ

"'Hamparkanlah untuknya (permadani) dari neraka, bukakanlah baginya pintu menuju neraka.' Maka sampailah kepadanya rasa panas dan angin panas neraka itu, kuburnya pun disempitkan sampai tulang rusuknya terhimpit. Kemudian datanglah seorang lelaki berwajah buruk, pakaiannya jelek, dan baunya busuk sembari berkata, 'Bergembiralah dengan sesuatu yang telah menyedihkanmu, ini adalah hari yang dahulu kamu dijanjikan.' Ia (orang kafir) pun bertanya, 'Siapa kamu, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?' Ia pun menjawab, 'Aku adalah amal burukmu.' Akhirnya ia (orang kafir) berkata, 'Tuhanku, janganlah Engkau tegakkan kiamat." (HR. Ahmad, no. 18534)

Wasiat Rasulullah

Maut (kematian) adalah cangkir, sementara manusia adalah para peminumnya. Setiap yang berjiwa pasti akan mati, dan saat kematian telah menghampirinya, niscaya kematian itu tidak akan pernah ditangguhkan sesaat pun darinya dan tidak pula disegerakan.

Karenanya, ingatlah wasiat Rasulullah berikut ini:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ يَعْنِيْ الْمَوْتَ

"Perbanyaklah mengingat penghancur semua kenikmatan dan kesenangan, yakni kematian." (HR. At-Tirmidzi, no. 2307)


فَزُورُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ

"Berziarahlah kubur, sesungguhnya ia mengingatkan pada kematian." (HR. Muslim, no. 2304)
Wallahu a'lam

Oleh : Saed As-Saedy, Lc.



Share:

Betapa Indahnya Sholat Malam

Tiadalah cerita yang terdengar itu seindah apa yang terlihat dan dirasakannya secara langsung. Tiada pula kisah yang didengar itu sepahit apa yang dilihat dan dirasakannya sendiri.

Inilah yang pernah disinggung oleh Rasulullah dalam sabdanya, "Berita (yang didengarnya) tiadalah serasa seperti apa yang dilihatnya." (HR. Ahmad: 1842)

Jika berita itu adalah sebuah keindahan dan kesenangan, maka keindahan maupun kesenangan itu akan semakin terasa indah kala dirinya merasakannya sendiri. Demikian pula sebaliknya, seandainya kabar yang ia dengar adalah sesuatu yang pahit dan sedih, maka tatkala dirinya melihat dan merasakannya sendiri, kesedihan itu akan semakin terasa sekali.

Inilah yang pernah dirasakan oleh Nabi Musa sebagaimana dalam riwayat Imam Ahmad, "Allah menceritakan kepada Musa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya terhadap patung sapi (yang dijadikan oleh mereka sebagai sesembahan selain Allah) dan saat itu Musa tidaklah melempar al-alwah (lembaran-lembaran kayu untuk menulis wahyu Allah), akan tetapi tatkala ia melihat sendiri apa yang diperbuat oleh kaumnya, (Musa sangatlah marah) dan melempar al-alwah sampai pecah dan terbelah." (HR. Ahmad: 2447)

Keindahan sholat malam

Membaca atau mendengar hadits-hadits yang bercerita tentang keutamaan sholat malam memang begitu terasa indah, namun keindahan itu belumlah seberapa jika dibandingkan dengan keindahan yang kita rasakan sendiri tatkala sholat malam telah menjadi kebiasaannya yang tiada terlewatkan.

Berikut ini adalah beberapa kemuliaan dan keutamaan sholat malam:

1. Akan diangkat derajatnya oleh Allah, baik di dunia terlebih di akhirat

Allah berfirman, "Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra': 79)

2. Merupakan ketaatan yang paling mulia

Rasulullah bersabda, "Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah sholat malam." (HR. Muslim: 2812)

3. Waktu dimana Allah sangat dekat dengan hamba-Nya

Rasulullah bersabda, "Waktu paling dekat seorang hamba dengan Rabbnya ialah disaat tengah malam yang terakhir, jika kamu kuasa menjadi salah seorang yang bisa berdzikir kala itu, maka lakukanlah." (HR. At-Tirmidzi: 3579)

4. Dijauhkan dari kelalaian dan akan selalu mendapatkan tambahan pahala

Rasulullah bersabda, "Barangsiapa sholat malam dengan membaca sepuluh ayat, maka ia tidak dicatat sebagai orang yang lalai. Dan barangsiapa yang membacanya sampai seratus ayat, maka ia dicatat sebagai orang yang khusyu. Dan barangsiapa yang membacanya sampai seribu ayat, maka ia dicatat sebagai orang yang berharta benda yang melimpah." (HR. Abu Dawud: 1398)

5. Akan diwarisi tempat tinggal disurga

Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya di surga itu disediakan kamar-kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalamnya, dan dalamnya tampak dari luarnya." Kemudian bertanyalah seorang arab badui, "Untuk siapakah itu, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Ia diperuntukkan bagi orang-orang yang berkata baik, memberi makan (orang miskin), rajin berpuasa (sunnah), dan yang mengerjakan sholat malam di saat manusia terlelap dalam tidurnya." (HR. At-Tirmidzi: 2527)

6. Merupakan kebiasaan orang-orang sholih dan menjadi penghapus kesalahan

Rasulullah bersabda, "Hendaklah kalian kerjakan sholat malam, sesungguhnya ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Ia adalah jalan untuk mendekatkan diri pada Rabb kalian, perisai diri dari melakukan perbuatan dosa, penghapus keburukan, dan akan menghilangkan penyakit dari dalam tubuhnya." (HR. At-Tirmidzi: 3549)

7. Menguatkan hafalan al-Qur'an

Rasulullah bersabda, "Jika penghafal al-Qur'an berdiri sholat, dan membacanya pada malam maupun siang hari, maka ia akan terus mengingatnya. Namun jika ia tidak melakukannya, maka ia akan lupa." (HR. Muslim: 1876)

8. Waktu terkabulkannya doa dan dipenuhi hajat-hajatnya oleh Allah

Rasulullah bersabda, "Rabb kita turun ke langit dunia setiap malam di sepertiga malam terakhirnya, dan berfirman, "Siapa yang berdo'a kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni." (HR. Bukhari: 1145)

Petuah para salaf

Abu Sulaiman berkata, "Orang yang terbiasa shalat malam lebih merasakan nikmatnya saat malam tiba dari pada orang yang tenggelam dalam nikmatnya hiburan. Kalau bukan karena malam, aku tidaklah ingin hidup lama di dunia ini." (Lathoif Al-Ma'arif, Ibnu Rajab, 45)

Atho' Al-Khurasani pernah memanggil saudara-saudaranya pada malam hari, "Wahai Fulan, wahai Fulan, dan wahai Fulan, bangun dan berwudhulah, kemudian kerjakanlah sholat malam. Berdirinya untuk sholat di malam hari ini dan berpuasa di siang harinya jauh lebih ringan dari pada meminum nanah dan potongan-potongan besi kelak di neraka." (Lathoif Al-Ma'arif, Ibnu Rajab, 329)

Abu Dzar juga pernah berpetuah, "Apa pendapatmu jika salah seorang dari kalian hendak pergi safar, bukankah ia akan mengumpulkan bekal yang baik dan bisa mengantarkannya sampai tujuan?" Mereka menjawab, "Tentu." Abu Dzar berkata, "Maka safar pada hari kiamat sungguh lebih jauh lagi, Kumpulkanlah bekal yang baik bagi kalian….(kemudian beliau menyebutkan salah satunya).. Sholatlah dua rekaat di saat kegelapan malam untuk menghadapi gelapnya alam kubur….. Dimana orang-orang yang sholat malam? Dimana Al-Hasan? Dimana Sufyan?" Lantas dia pun bersyair, "Wahai orang yang menjaga sholat malamnya, bersungguh-sungguhlah kepada Rabb yang doa kala itu tiada tertolak." (Lathoif Al-Ma'arif, Ibnu Rajab, 43)

Begitu indahnya sholat malam yang hanya bisa dirasakan keindahannya itu dengan sempurna oleh mereka yang menjadikannya sebagai wirid harian. Semoga ulasan singkat ini menumbuhkan benih-benih kerinduan bagi kaum muslimin untuk menghidupkan kembali shalat malamnya. Wallohu a'lam bishowab


Oleh : Saed As-Saedy, Lc.



Share:

Bara Dalam Dosa-Dosa Pacaran

Konon, kata pacar berasal dari nama sejenis tanaman yang cepat layu dan mudah disemai kembali. Tanaman ini tidak memililki nilai ekonomis atau bisa dikatakan murahan sehingga tidak diperjual belikan.

Ini semacam isyarat tentang tradisi pacaran yang dengan mudah pelakunya terjerumus pada perilaku murahan dan jauh dari akhlak mulia.

Sayangnya, dewasa ini pacaran telah menjadi trend bahkan tradisi yang mengawali proses mencari pendamping hidup. Sementara yang lain berpacaran demi mengenyam kenikmatan syahwat.

Begitu berderet dampak sistemik yang muncul akibat maraknya aktivitas pacaran di kalangan muda-mudi islam.

Sejatinya pacaran itu adalah produk barat yang teradopsi dengan dibubuhi beragam kenikmatan semu, yang tanpa terasa kenikmatan itu hanyalah sebuah bara yang bisa membakar dan menghanguskan dirinya sendiri.

Dampak Sistemik Pacaran

Ternyata pacaran begitu besarnya dalam memberikan andil kerusakan yang tersistem tanpa terasa, seperti:

1. Menjadi wasilah menuju zina

Pacaran secara faktual merupakan salah satu wasilah terbesar menuju zina, karena pacaran tidak terlepas dari perkara-perkara yang menjadi pengantar perbuatan keji tersebut, seperti saling memandang, bergandengan tangan, duduk berdekatan, bermesraan saat ngobrol, dan lain sebagainya yang mana semua perkara itu akan membangkitkan nafsu syahwatnya baik secara langsung ataupun tidak.

2. Merupakan perbuatan keji dan jalan yang buruk

Karena pacaran menjadi wasilah yang bisa menjerumuskan seseorang untuk melakukan perbuatan keji, yaitu zina. Pacaran pun bisa disimpulkan sebagai jalan yang buruk.

Sebagaimana firman Allah,

ﮊ  ﮋ  ﮌﮍ  ﮎ     ﮏ      ﮐ  ﮑ   ﮒ  

"Dan janganlah kamu mendekati zina, (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra': 32)

3. Pacaran salah satu induk kejahatan

Pacaran bisa dikategorikan sebagai sebuah kejahatan bahkan induk kejahatan. Karena di dalam perilaku pacaran banyak sekali hal-hal yang melanggar hukum Allah.

Dari perilaku pacaran kemudian muncullah kasus-kasus perkosaan, hamil di luar nikah, kasus aborsi, pembunuhan terhadap pacar, bunuh diri, jual diri, dan yang lainnya.

Semua ini adalah sederet kejahatan turunan yang kerap kali bermula dari hubungan mesra yang tidak halal antara dua lawan jenis yang bukan mahramnya, yaitu pacaran.

4. Pacaran akan melemahkan hati dan jiwa

Pacaran sarat sekali dengan perbuatan dosa maupun maksiat. Sementara dosa dan maksiat itu akan melemahkan hati, jika ia terus tumbuh subur dan terpelihara dalam diri seseorang, maka ia akan membuat hatinya sakit bahkan mati.

Hati yang sakit akan selalu menjauh dari kebenaran, kebaikan dan dari mengingat Allah. Apabila tidak segera dicarikan penawarnya, tentu ia bisa mengakibatkan kematian dalam hatinya.

5. Pacaran menjadi benih kebodohan

Dalam pacaran terekam jejak perbuatan dosa yang banyak dilakukan oleh mereka yang berpacaran. Perbuatan dosa inilah yang akan menjadi benih-benih kebodohan bagi seseorang.

Imam Syafi'I pernah bersyair,

Aku mengadu kepada Waki' akan buruknya hafalanku
Maka ia beri petunjuk padaku untuk tinggalkan maksiat

Ia katakan, "Ketahuilah, ilmu adalah cahaya
Dan cahaya Allah tidaklah diberikan kepada para pelaku maksiat"


6. Pacaran identik dengan pemborosan

Cinta adalah pengorbanan, cinta itu perlu bukti. Itulah seloroh yang kerap kita dengar dari lisan mereka yang sedang dimabuk asmara. Tentunya yang dimaksud adalah pengorbanan untuk sang pacar. Pengorbanan dianggap bukti yang menunjukkan kesungguhan.

Pacaran dianggap baik jika sering mengajak jalan-jalan bersama ke tempat-tempat wisata, mall, makan-makan, nonton film di bioskop, atau mengajak belanja di supermarket dan sebagainya.

Padahal semua itu adalah bentuk pemborosan yang tidak perlu. Allah telah berfirman,

  ﯵ  ﯶ  ﯷ  ﯸ  ﯹ  ﯺ    ﯻ  ﯼ    ﯽﯾ  ﯿ  ﰀ  ﰁ  ﰂ         ﰃ   

"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Rabbnya." (QS. Al-Isra': 26-27)

Jika Terlanjur Pacaran

Bagi yang belum pernah pacaran, kalian patut bersyukur dan jangan pernah mencoba, karena mencoba adalah awal petaka. Bagi yang sudah terlanjur pacaran, tiada kata terlambat untuk bertaubat dan segera tinggalkan pacaran. Jika telah mampu segeralah menikah.

Jika merasa belum mampu menikah sementara dorongan dan godaan nafsu terus mendera, hendaklah tempuh beberapa hal di bawah ini sebagai penawarnya:

1. Memahami hakikat cinta

Semua cinta di atas kecintaan kepada Allah itulah cinta hakiki, semua cinta yang mengantarkan seseorang kepada ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya itulah cinta yang sebenarnya.

2. Ikhlas dalam beribadah

Ikhlas dalam ibadah akan melahirkan sikap positif yang luar biasa, dimana ia hanya akan melakukan amalan-amalan yang diridhoi oleh-Nya.

3. Memperbanyak do'a dan ibadah kepada Allah

4. Menjaga pandangan mata

Barangsiapa mampu memelihara pandangannya, berarti ia mampu untuk meredam gejolak syahwat yang ada dalam hatinya, sehingga ia pun tidak terjerumus dalam perbuatan dosa.

5. Menyibukkan diri dengan kegiatan yang bermanfaat

6. Memperbanyak istighfar

7. Menjauhi musik, nyanyian dan film

Demikianlah risalah singkat ini, semoga memberikan pencerahan dan menjadi jembatan kebaikan bagi banyak orang. Wallohu a'lam bishowab


Di sarikan oleh Saed As-Saedy, Lc dari buku "Dosa-Dosa Pacaran Yang Dianggap Biasa," Saed As-Saedy, hal 35-63





Share:

Tipu Daya Iblis Sesatkan Manusia

Iblis merupakan makhluk yang tidak pernah rela melihat manusia berada dalam kebaikan dan kebenaran, ketaatan dan ketakwaan kepada Allah. Sekecil apapun kebaikan dan kebenaran itu, Iblis tidak akan pernah rela saksikan manusia berada di dalamnya.

Karenanya, Iblis senantiasa berusaha mengerahkan segala kemampuan dan membuat berbagai tipu daya untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar, menjadikan yang haq adalah batil dalam pandangan mereka, dan sebaliknya menjadikan yang batil adalah haq, mencampuradukan antara kebenaran dan kesesatan, membuatnya indah sebuah kejahatan, menjadikannya pahit sebuah ketaatan, dan seterusnya sampai akhirnya manusia itu benar-benar jauh dari jalan Allah dan menjadi pengikut setia Iblis atau setan.

Langkah Iblis Sesatkan Manusia

Dalam usaha menyesatkan manusia, Iblis/setan memiliki metode dan cara yang rapih, baik dan lembut sekali. Karena itu, manusia yang lengah akan dengan mudahnya tertipu dan terpedaya oleh perangkap-perangkap lembut setan, kecuali orang-orang yang mendapatkan taufik dari Allah yang senantiasa terjaga dan terhindar darinya.

Berikut ini adalah beberapa tahapan yang akan ditempuh oleh Iblis/setan dalam usaha menyesatkan umat manusia :

a. Kekufuran

Ini merupakan usaha pertama yang harus ditempuh oleh Iblis, menjadikan orang-orang beriman murtad dan keluar dari agama islam dan menjadikan orang-orang kafir tetap dalam kekafirannya. Iblis tidak akan perna rela melihat ketaatan manusia kepada Allah, istiqamah dalam agama islam dan tegak di atas kebenaran. Dan sebaliknya, Iblis sangat senang melihat manusia berada dalam kekafiran, jauh dari Allah dan tenggelam dalam kesesatan.

Murtad atau keluar dari agama islam sangatlah dibenci dalam islam. Oleh karena itu, islam memberikan ancaman yang keras bagi siapa saja yang murtad atau keluar dari agama islam berupa halalnya darah yang sebelumnya haram dan terlindungi dalam islam, mereka juga akan menjadi golongan yang merugi di dunia dan akhirat.

Allah telah berfirman:

ﭯ  ﭰ  ﭱ  ﭲ    ﭳ  ﭴ  ﭵ  ﭶ  ﭷ  ﭸ  ﭹ  ﭺ  ﭻ 

“Dan barangsiapa mencari agama selain islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)

Rasulullah juga telah bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ،
وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ 
إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan hal itu, maka mereka telah menjaga darah dan hartanya dariku, kecuali dengan hak islam (yang mereka langgar-murtad-). Adapun perhitungannya oleh Allah.”(HR. Bukhari, no. 25)

Seluruh kebaikan dan amal shalih orang yang murtad juga akan terhapus dan sia-sia. Akhirnya ia pun akan menyesal untuk selama-lamanya, ditambah ia akan kekal di dalam neraka. Hal ini sebagaimana firman Allah:

ﮘ  ﮙ   ﮚ  ﮛ  ﮜ  ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ  ﮡ   ﮢ 
ﮣ  ﮤ  ﮥ  ﮧ  ﮨ  ﮩ   ﮫ  ﮬ  ﮭ  

“Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah: 217)

b. Kemusyrikan

Apabila jalan kekufuran tidak bisa diraihnya, maka kesyirikan adalah usaha selanjutnya yang akan ditempuh oleh Iblis/setan dalam menyesatkan jalan manusia, karena hal ini adalah cara yang paling besar dan cepat untuk menjatuhkan manusia dalam kehinaan. Setan mengetahui bahwa syirik adala perbuatan dosa yang paling besar, dimana Allah tidak akan mengampuni dosa syirik apabila pelakunya tidak sempat bertaubat sampai ajal menjemputnya. Dan Allah akan mengampuni dosa-dosa selain syirik.

Usaha menggelincirkan manusia ke dalam kesyirikan akan dilakukan secara merata kepada seluruh umat manusia berdasarkan tingkat keimanan mereka. Orang-orang awam yang memiliki tingkat keimanan dan pengetahuan agamanya yang rendah akan dijerumuskan ke dalam perbuatan syirik yang nyata dan jelas, seperti berupa penghambaan dan pengagungan terhadap para leluhur, pengkramatan tempat-tempat tertentu atau kuburan orang-orang shalih, dimana semua itu dipenuhi dengan beragam ritual-ritual sesat yang dibumbuhi dzikir-dzikir.

c. Kebid’ahan

Apabila Iblis tidak berhasil untuk menggelincirkan manusia dari jalan Allah yang benar lewat kekufuran dan kesyirikan, maka ia kan menempuh jalan berikutnya, yaitu menjatuhkan mereka ke dalam perbuatan bid’ah. Lewat cara ini, Iblis berusaha untuk mengkelabuhi manusia bahwa bahwa perbuatan yang mereka lakukan adalah jalan yang benar.

Perbuatan bid’ah sangatlah berbahaya dalam islam, baik bagi pelakunya sendiri maupun bagi agama islam. Karena seiring dengan menyebarnya praktek-praktek bid’ah, maka seiring itu pula akan banyak sunnah-sunnah yang tenggelam dan ditinggalkan. Sehingga, lambat laun banyak umat islam yang menganggap perbuatan bid’ah adalah sunnah dan menyakini amalan yang sunnah adalah bid’ah.

Adapun bagi pelakunya, perbuatan bid’ah tidak membawa manfaat sama sekali. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengada-ada dalam urusan kami (tentang perkara agama) yang tidak ada perintahnya, maka ia tertolak.”(HR. Bukhari, no. 2697)

Iblis sangatlah senang melihat manusia tenggelam dalam amalan-amalan bid’ah, dan ia sangatlah membenci mereka yang istiqamah dan senantiasa menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah. Kegembiraan Iblis tidak lain karena ia melihat para pelaku bid’ah telah tertipu oleh perbuatan mereka sendiri. Mereka merasa dan yakin bahwa amalan-amalan yang mereka lakukan adalah benar, berpahala dan bisa mendekatkan diri kepada Allah.

Di sinilah letak bahaya bid’ah yang sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah. Oleh karena itu, beliau bersabda:

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru dalam agama, sesungguhnya setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap perbuatan bid’ah adalah sesat.”(HR. Abu Dawud, no. 4607)

Karena pentingnya menjauhi perkara-perkara bid’ah dan pentingnya menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah serta bahaya yang sangat besar yang ditimbulkan oleh amalan-amalan bid’ah, Ibnu Mas’ud mengatakan:

اْلاِقْتِصَادُ بِالسُّنَّةِ خَيْرٌ مِنَ اْلاِجْتِهَادِ بِاْلبِدْعَةِ

“Mencukupkan diri dengan sunnah jauh lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam mengerjakan perbuatan bid’ah.”

Imam Malik bin Anas juga mengatakan, “Barangsiapa yang membuat bid’ah dalam islam yang ia menganggap sebagai bid’ah hasanah, maka sesungguhnya ia telah menuduh bahwa Muhammad telah berkhianat dalam menyampaikan risalahnya. Karena sesungguhnya Allah telah berfirman:

ﭺ  ﭻ  ﭼ  ﭽ  ﭾ  

“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kamu agama kamu.”(QS. Al-Maidah: 3)

Maka, apa-apa yang tidak menjadi agama pada hari itu, niscaya tidak akan menjadi agama pada hari ini.

d. Perbuatan maksiat

Kemaksiatan adalah jalan berikutnya yang akan ditempuh oleh Iblis untuk menggoda dan menjerumuskan mereka ke dalam perbuatan-perbuatan dosa. Kemaksiatan merupakan bentuk kedurhakaan kepada Allah dan Rasul-Nya, karena maksiat adalah setiap perbuatan yang menyelisihi ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.

Maksiat memiliki pengertian dan ruang lingkup yang luas.Maka setiap perbuatan syirik, bid’ah maupun perbuatan dosa lainnya adalah sebuah kemaksiatan, karena semua itu telah menyelisihi ketaatan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, tidak semua perbuatan maksiat adalah syirik maupun bid’ah.

Dan perbuatan maksiat yang dimaksud dalam point ini adalah kemaksiatan selain kekufuran, syirik dan bid’ah.Seperti qhibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), berdusta, berkhianat, maupun perbuatan dosa lainnya.Demikianlah Iblis/setan terus berusaha menggoda manusia supaya jauh dari jalan kebenaran.

e. Perbuatan sia-sia

Apabila Iblis/setan telah menempuh beragam cara di atas untuk menyesatkan manusia namun tidak berhasil, maka ia tidak akan berhenti begitu saja. Cara lain yang lebih halus pun akan ditempuhnya, yaitu dengan menjadikan manusia tenggelam untuk melakukan perbuatan sia-sia. Berbagai tipu daya pun ia tiupkan ke dalam dada mereka, seperti bisikan bahwa perbuatan yang dilakukaknnya itu tidaklah berdosa, dirinya merasa telah menunaikan hal-hal yang wajib, sehingga waktu yang dimilikinya terbuang sia-sia tanpa membawa manfaat yang berarti.

Akhirnya, kita memohon kepada Allah agar senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita semua untuk senantiasa tegak di atas jalan yang benar, istiqamah di atas sunah-sunah Rasulullah dan jauh dari perbuatan dosa dan maksiat sampai akhir hayat kita. Amiin

Wallohu a'lam bishowab

Oleh : Saed As-Saedy, Lc.



Share:

Nabi Sebelum Bi'tsah (Kenabian)

Siapa yang tidak mengenal tahun gajah. Sebuah tahun yang di dalamnya terjadi peristiwa besar penyerangan Ka'bah oleh pasukan bergajah yang di pimpin oleh Raja Abrahah dari negeri Yaman. Akan tetapi Allah melindungi Ka'bah dan kota Makkah dengan mengirimkan sekawanan burung Ababil yang membawa batu panas untuk ditimpakan kepada pasukan bergajah. Mereka pun akhirnya lari kocar-kacir untuk menyelamatkan diri. Inilah peristiwa besar yang menjadi cikal bakal penamaan tahun gajah.

Padah tahun inilah Nabi Muhammad dilahirkan. Tepatnya pada bulan Rabi'ul Awal yang dikenal pula dengan bulan Rabi'ul Anwar, malam senin, tanggal 12. Inilah pendapat mayoritas para ahli sejarah islam tentang waktu kelahiran Nabi Muhammad.

Beliau tidak hanya disusui oleh Ibunya, yaitu Aminah. Namun beliau juga disusui oleh Tsuwaibah, kemudian oleh Halimah As-Sa'diyah. Beliau sengaja dipersusukan di perkampungan Bani Sa'di sebagaimana kebiasaan anak-anak para pemuka kaum Quraisy yang dipersusukan di kampung tersebut. Tujuannya ialah agar badannya sehat, kuat, fasih dalam berbicara, dan memiliki kepekaan hati yang besar.

Setelah masa persusuan oleh Halimah selesai, beliau dikembalikan kepada ibunya. Dan ketika Aminah meninggal dunia, beliau pun diasuh oleh Ummu Aiman. Akhirnya Ummu Aiman pun mengembalikan beliau kepada kakeknya, Abdul Muthalib untuk mengasuhnya. Pada saat beliau berumur delapan tahun, Abdul Muthalib meninggal dunia. Setelah itulah Abu Thalib yang merupakan pamannya sendiri mengambil alih hak asuh beliau.

Tanda-tanda kesempurnaan Muhammad sebelum kenabian

Sejatinya, semenjak beliau dilahirkan telah terlihat tanda-tanda kenabian dalam diri beliau, hal itu disaksikan sendiri oleh ibunya, Aminah. Kemudian setelah beliau berada dalam pengasuhan pamannya, tanda-tanda kenabian beliau semakin nampak jelas. Di antaranya ialah:

1. Abu Thalib beristisqa' dengan perantaraan beliau

Ketika itu beliau belum mencapai usia baligh. Dan pada saat yang sama kaum Quraisy sedang ditimpa kemarau yang panjang, mereka pun mengajak Abu Thalib untuk beristisqa (meminta hujan), akhirnya Abu Thalib membawa beliau yang masih kecil ke Ka'bah. Karena kemuliaan, kedudukan dan tanda-tanda kebesaran dalam diri beliau yang disaksikan oleh Abu Thalib. Abu Thalib kemudian mengangkat tubuh beliau dan menempelkan punggungnya ke dinding Ka'bah sembari bertawasul dengan perantaraan beliau agar Allah menurunkan hujan. Tidak lama kemudian mendung pun meliputi kota Makkah dan hujan deras pun mengguyurnya. Inilah salah satu tanda kenabian yang disaksikan sendiri oleh Abu Thalib dan kaum Quraisy.

2. Aurat nabi tidak pernah terbuka setelah pernah terbuka sekali saja

Aurat Nabi pernah terbuka saat beliau membantu membangun Ka'bah, ketika itu beliau menaikkan sarungnya ke atas pundaknya untuk memudahkan mengangkat batu. Akan tetapi aurat beliau justru terlihat. Akhirnya ada seseorang yang menyeru untuk segera menutup aurat beliau. Dan setelah kejadian itu, aurat Nabi tidak pernah terlihat kembali oleh orang lain.

3. Allah telah menjadikan hati beliau membenci berhala dan semua bentuk kebatilan yang dilakukan oleh kaum Quraisy

Sikap ini merupakan tanda kenabian yang sangat nampak ketika itu, karena waktu itu kaum Quraisy tenggelam dalam perbuatan syirik berupa penyembahan berhala dan perbuatan-perbuatan batil lainnya, seperti berjudi, meminum khamr, dan nyanyian. Sikap beliau sangatlah berbeda dengan sikap orang-orang Quraisy pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa beliau senantiasa terjaga dalam kemuliaan akhlak dan hati semenjak dilahirkan. Bahkan kaum Quraisy pun mengakui akan kemuliaan akhlak beliau, sampai-sampai mereka menjulukinya dengan al-amiin (orang yang dipercaya).

4. Kaum Quraisy menyerahkan keputusan kepada beliau dalam perkara-perkara besar yang hampir saja menimbulkan perang di antara mereka.

Contohnya ialah tatkala orang-orang Quraisy berselisih tentang siapa yang berhak untuk meletakkan hajar aswad di rukun yamani Ka'bah. Karena tidak mendapatkan titik temu, mereka hampir saja saling membunuh satu sama lain. Akan tetapi pada saat beliau datang, mereka semua sepakat agar beliau yang memutuskannya. Lantas beliau memerintahkan mereka untuk membentangkan sebuah kain dan meletakkan hajar aswad di atasnya, kemudian para pemuka kaum diperintahkan untuk memegang setiap ujung kain tersebut dan membawanya ke dekat Ka'bah. Akhirnya beliaulah yang meletakkan hajar aswad itu pada tempatnya semula dan darah orang-orang Quraisy pun terpelihara dari pertikaian tersebut.

5. Pengakuan seorang Rahib (pemuka agama nashrani) bernama Bahira akan kesempurnaan dan tanda-tanda kenabian beliau.

Peristiwa ini terjadi saat Abu Thalib mengajak beliau untuk berdagang ke negeri Syam bersama kafilah dagang Quraisy. Ketika itu beliau baru berusia sekitar dua belas tahun. Di tengah perjalanan, kafilah tersebut singgah untuk istirahat di suatu tempat. Kemudian ada seorang rahib bernama Bahira yang melihat keistimewaan dalam diri beliau, seperti beliau selalu dinaungi oleh awan dari sengatan sinar matahari. Setelah sang Rahib bertanya langsung tentang beberapa hal kepada beliau, maka ia yakin bahwa tanda-tanda kenabian berada dalam dirinya. Bahkan keyakian itu semakin bertambah tatkala sang Rahib melihat tanda kenabian yang ada di punggung beliau. Akhirnya, sang Rahib memerintahkan Abu Thalib untuk kembali ke Makkah membawa pulang beliau, karena sang Rahib khawatir apabila orang-orang Yahudi mengetahui hal tersebut, mereka akan membunuhnya. Abu Thalib pun memenuhi nasihat sang Rahib untuk kembali ke Makkah bersama beliau.

6. Menghadiri hilful Fudhul
Hilful fudhul adalah kesepakatan dan janji untuk membela hak seseorang, baik dari penduduk asli atau pendatang yang haknya terzalimi sampai hak itu dikembalikan lagi kepadanya. Ketika itu beliau berusia sekitar dua puluh tahun. Beliau turut serta dalam kesepakatan tersebut, bahkan menganggapnya sebagai peristiwa yang sangat baik sekali. Sampai-sampai tatkala beliau telah dimuliakan dengan risalah oleh Allah, beliau berkomentar, "Sungguh, aku telah menghadiri suatu kesepakatan di kediaman Abdullah bin Jad'an yang lebih aku sukai daripada aku memilih humrun na'am (unta merah yang paling mahal dan menjadi harta kebanggan bangsa Arab ketika itu). Andai di dalam islam aku diminta untuk melakukan hal itu, niscaya aku akan memenuhinya."

Nilai dan pelajaran

Berikut ini adalah beberapa nilai dan pelajaran yang sangat berharga bagi kita. Di antaranya ialah:

1. Allah senantiasa menjaga dan melindungi beliau dari kesyirikan, kebatilan dan segala keburukan semenjak lahir, di antaranya dengan menjadikan hatinya sangat benci terhadap penyembahan berhala dan bentuk-bentuk kebatilan lainnya.

2. Nabi senantiasa ikut bersama kaumnya dalam perkara-perkara kebaikan, hal ini menunjukkan kesempurnaan akhlak, jiwa dan diri beliau.

3. Kesempurnaan akhlak beliau, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sampai-sampai kaum Quraisy menjuluki beliau dengan al-Amin (orang yang dipercaya). Beliau dikenal sebagai orang yang sangat amanah, karena beliau tidak pernah berkhianat sedikit pun, baik dalam masalah kehormatan, harta, perkataan maupun perbuatan.

4. Kecintaan Abu Thalib yang begitu besar terhadap beliau, bukan hanya karena sebagai keponakkannya, melainkan juga karena kemuliaan yang ia saksikan sendiri dari beliau.

Oleh: Saed As-Saedy, Lc.

Referensi

- Hadzal Habib Muhammad Ya Muhibb, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Maktabah Al-UlumWal Hikam, Madinah Munawarah
- Ar-Rahiq Al-Makhtum, edisi terjemah: Perjalanan Hidup Rasul Yang Agung, Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, Yayasan Al-Sofwa, Jakarta.





Share:

Mutiara Salaf Seputar Ilmu dan Keutamaannya

Diriwayatkan dari Qatadah bahwa Ibnu Abbas berkata, "Mengkaji ilmu pada sebagian malam lebih aku cintai dari pada menghidupkannya (dengan ibadah shalat –penj)." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/59)

Ishaq bin Manshur bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal mengenai perkataan Ibnu Abbas di atas, "Ilmu apakah yang dimaksud?" Imam Ahmad bin Hanbal berkata, "Yaitu ilmu yang bermanfaat bagi manusia di dalam perkara agamanya." Ishaq bertanya lagi, "Apakah perkara tentang wudhu, shalat, puasa, haji, talaq, dan yang semisalnya?" Imam Ahmad berkata, "Iya." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/60)

Diriwayatkan dari Atha' bin Yasar bahwa Abu Hurairah berkata, "Duduk selama satu jam, lantas aku bisa memahami (perkara-perkara) di dalam agamaku lebih aku cintai dari pada menghidupkan malam hingga pagi hari (dengan ibadah shalat –penj)." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/60)
Diriwayatkan dari Waki' bahwa ia mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata, "Tidak ada amalan yang lebih mulia dari pada menuntut ilmu, apabila niatnya benar." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/63)

Al-Hasan berkata, "Barangsiapa tidak mau menuntut ilmu karena malu berarti ia telah memakaikan baju kepada kebodohannya, tanggalkanlah baju-baju kebodohan itu dari diri kalian dengan melawan rasa malu di dalam belaja0r ilmu. Sesungguhnya orang yang pemalu adalah orang yang sedikit ilmunya." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/182)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Yahya bin Abi Katsir, dari bapaknya, bahwa ia berkata, "Warisan ilmu lebih baik dari pada warisan emas maupun perak, jiwa yang shalih lebih baik dari pada mutiara, dan ilmu tidaklah dapat diraih hanya dengan bersantai-santi." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/183)

Diriwayatkan dari Abu Umar bahwa Al-Ashma'i pernah berkata, "Obat bagi kebodohan ialah banyak bertanya, adapun kebodohan akan semakin sempurna ketika banyak terdiam di atas kebodohan." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/180)

Diriwayatkan dari Sulaiman bin Samir bahwa Katsir bin Murrah Al-Hadhrami berkata, "Sesungguhnya ilmu itu memiliki hak atas dirimu sebagaimana harta juga memiliki hak atas dirimu, (yaitu) janganlah engkau berbicara ilmu jika bukan ahlinya karena itu adalah kebodohanmu, janganlah engkau menahan ilmu (tidak mengajarkannya -penj) jika memang ahlinya karena engkau akan berdosa, janganlah engkau berbicara tentang hikmah (ilmu) di hadapan orang-orang bodoh karena mereka akan mendustakanmu, dan janganlah engkau berbicara tentang kebatilan di hadapan para ahli hikmah (orang-orang berilmu) karena mereka akan membencimu." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/218)

Maimun bin Mihran berkata, "Janganlah engkau mendebat orang yang berilmu maupun orang yang bodoh, apabila engkau mendebat orang yang berilmu, niscaya ilmunya akan tertutup darimu. Dan apabila engkau mendebat orang yang bodoh, niscaya hanya akan membuat kesal hatimu." (Jami' Bayan Al-Ilmi Wa Fadhailihi, Yusuf bin Abdil Bar, 1/254)

Oleh: Saed As-Saedy, Lc.

Share:

Tafsir Surat Al-Kautsar

Allah berfirman:

ﮆ    ﮇ  ﮈ  ﮉ  ﮊ  ﮋ  ﮌ     ﮍ

   ﮎ     ﮏ  ﮐ  ﮑ    ﮒ

"Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah). Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)." (QS. Al-Kautsar: 1-3)

Informasi Umum

Surat Al-Kautsar terdiri atas 3 ayat dan merupakan surat terpendek di antara surat-surat yang ada di dalam al-Qur'an. Surat ini termasuk golongan surat-surat Makkiyah yang diturunkan sesudah surat Al-'Adiyat.

Dinamakan surat Al-Kautsar karena diambil dari perkataan "Al-Kautsar" yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Surat ini sebagai penghibur hati Nabi Muhammad tatkala orang-orang Quraisy mencela dan merendahkan beliau karena dua anak laki-laki beliau meninggal dunia, yaitu Al-Qasim di Makkah dan Ibrahim di Madinah. Mereka menyebut Rasulullah adalah al-Abtar, yaitu orang yang telah terputus dari rahmat Allah setelah meninggalnya anak laki-laki beliau.

Aspek Balaghiyah

Meskipun surat Al-Kautsar merupakan surat yang terpendek, namun surat ini mengandung makna yang agung, di antaranya ialah anjuran agar manusia selalu beribadah kepada Allah dan berkorban sebagai tanda syukur atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka.

Memang konteks khithab (percakapan) dalam surat ini ditujukkan kepada Nabi Muhammad, akan tetapi maksud dan hukumnya berlaku bagi umat islam seluruhnya. Hal ini sebagaimana dalam kaidah ilmu tafsir, Al-'Ibratu bi 'umumil lafdzi la bikhushushis sabab, maknanya bahwa tolak ukur aplikasi sebuah hukum dalam ayat-ayat al-Qur'an tidaklah sebatas pada sebab-sebab turunnya ayat akan tetapi terletak pada keumuman lafadznya. Dengan demikian, hukum-hukum yang terdapat dalam surat ini, seperti perintah shalat dan berkurban bersifat universal dan berlaku bagi seluruh umat islam.

Kalau kita perhatikan secara seksama, ada satu aspek balaghiyah yang secara khusus terdapat dalam ayat ini, meskipun seluruh ayat-ayat Al-Qur'an sebenarnya mengandung nilai-nilai balaghiyah yang menjadi salah satu bukti kemukjizatan Al-Qur'an.

Sebagai contoh kita ambil pada ayat pertama. Dalam ayat itu Allah menggunakan kata ganti Jamak, yaitu Kami dan tidak menggunakan kata ganti tunggal, yaitu Aku. Hal ini menunjukkan akan kemahaagungan Allah atas semua makhluknya. Keagungan Allah bersifat absolut yang tidak ada satu pun dari makhluk-Nya yang bisa menandingi kemahaagungan-Nya.

Dalam redaksi selanjutnya, Allah menggunakan fi'il madhi (past tense) dengan ungkapan (), "Kami telah memberimu (Muhammad)" dan tidak menggunakan fi'il mudhari (future tense) dengan ungkapan (سَنُعْطِيْكَ), "Kami akan memberimu (Muhammad)." Hal ini menunjukkan akan kepastian terrealisasikannya janji Allah untuk memberikan nikmat yang banyak kepada Nabi Muhammad, baik di dunia maupun di akhirat.

Nikmat yang banyak di dunia telah beliau rasakan. Syaikh Asy-Syinqithi menyebutkan dalam kitab tafsirnya Adhwa'ul Bayan bahwa hal itu bisa dilihat dari ayat-ayat yang lain. Sebagai contohnya apa yang terdapat dalam surat Al-Insyirah, seperti dilapangkannya dada beliau, diringankannya beban beliau dalam menggemban risalah islam, ditinggikannya nama beliau, dan dimudahkan setelah datangnya kesulitan.

Adapun nikmat di akhirat, salah satunya seperti yang terdapat dalam hadits Anas bin Malik yang menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah tertidur, kemudian beliau bangun dari tidurnya sembari tersenyum. Para sahabat pun bertanya, 'Wahai Rasulullah apa yang membuat anda tersenyum?' Rasulullah menjawab, 'Baru saja diturunkan kepadaku sebuah surat.' Kemudian beliau membaca surat Al-Kautsar sampai selesai. Setelah itu Rasulullah bertanya, 'Apakah kalian tahu apa itu Al-Kautsar?' Para sahabat menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.' Lantas beliau bersabda:

فَإِنَّهُ نَهْرٌ وَعَدَنِيهِ رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ فِى الْجَنَّةِ وَعَلَيْهِ خَيْرٌ كَثِيرٌ عَلَيْهِ حَوْضٌ تَرِدُ عَلَيْهِ أُمَّتِى

يَوْمَ الْقِيَامَةِ آنِيَتُهُ عَدَدُ الْكَوَاكِبِ

"Ia adalah sebuah sungai yang telah Allah janjikan kepadaku di dalam surga, yang mengandung banyak kebaikan dan terdapat telaga di dalamnya. Kelak di hari kiamat umatku akan menuju kepadanya, dan cangkir-cangkir minumnya sebanyak taburan bintang di langit." (HR. Abu Dawud, no. 4749)

Makna Kosakata

() : Para ulama berbeda pendapat tentang makna al-Kautsar. Di antara maknanya ialah kebaikan yang banyak, ini merupakan pendapat Ibnu Abbas. Makna yang lain bahwa al-Kautsar adalah sebuah sungai atau telaga di surga. Hal ini berdasarkan hadits yang telah disebutkan sebelumnya. Syaikh Asy-Syinqithi lebih memilih makna al-Kautsar adalah kebaikan yang banyak, karena sungai ataupun telaga di surga termasuk dalam konteks makna tersebut.

() : Yakni orang-orang yang membenci Nabi Muhammad. Ibnu Abbas berpendapat bahwa mereka adalah musuhnya, yaitu yang selalu memusuhi Nabi Muhammad, baik terhadap dirinya ataupun kebenaran risalah yang dibawa olehnya.

() : Yakni terputus dari rahmat Allah atau terputus dari setiap kebaikan yang tidak ada kesudahan baginya, baik di dunia maupun di akhirat. Syaikh As-Sa'di menyebutkan makna lain, yaitu amalnya terputus dan penyebutannya juga terputus, maksudnya bahwa setelah meninggal dunia namanya tidak dikenal dalam hal kebaikan.

Sebab Turunnya

Di antara sebab turunnya surat ini ialah sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari As-Sidi bahwa ia berkata, "Kebiasaan orang-orang Quraisy apabila anak laki-lakinya meninggal dunia mereka mengatakan, 'Fulan telah terputus (dari rahmat Allah).' Maka tatkala anak laki-laki Nabi Muhammad meninggal dunia. Al-Ash bin Wa'il berkata, 'Muhammad telah terputus (dari rahmat Allah).' Lantas Allah menurunkan ayat yang artinya, "Sungguh, orang-orang yang membencimu dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."

Ibnu Al-Mundzir juga meriwayatkan dari Ibnu Juraij bahwa ia berkata, "Telah sampai kepadaku ketika Ibrahim - putera Nabi - meninggal dunia, orang-orang Quraisy berkata, 'Muhammad telah terputus (dari rahmat Allah)'. Nabi pun merasa kesal dan bersedih. Lantas turunlah ayat yang artinya, "Sungguh, Kami telah memberimu (Muhammad) nikmat yang banyak." Sebagai bentuk hiburan atas apa yang dirasakan oleh beliau."

Pelajaran

Beberapa nilai yang bisa diambil dari ayat ini ialah:

1. Surat ini menekankan kembali agar manusia senantiasa beribadah kepada Allah semata dan bersyukur atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka.
2. Di dalam surat ini mencakup semua jenis tauhid, yaitu tauhid rububiyah, tahuid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat.
3. Shalat merupakan ibadah badaniyah dan berkurban adalah ibadah maliyah. Adapun rangkaian ibadah haji merupakan refleksi dari kedua jenis ibadah tersebut karena telah mencakup semuanya. Oleh karena itu, ibadah haji merupakan ibadah yang sangat mulia.
4. Ibadah kurban yang dilaksanakan setelah shalat idul adha merupakan aplikasi nyata sebuah syukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan-Nya.
5. Golongan manusia yang terputus dari rahmat Allah adalah orang-orang yang membenci dan memusuhi Rasulullah, baik terhadap pribadi beliau maupun risalah yang dibawanya.
6. Allah senantiasa menolong dan memuliakan hamba-hamba-Nya yang beriman lagi taat.
7. Wajib hukumnya mengikhlaskan diri dalam beribadah semata-mata karena Allah. Dimana ikhlas dan ittiba' adalah konsekuensi dari dua kalimat syahadat yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Apabila salah satu dari keduanya tidak ada, maka ibadah tidak akan diterima oleh Allah.

Oleh : Saed As-Saedy, Lc.

Referensi
- At-Tafsir Al-Munir, Wahbah Az-Zuhaili, Darul Fikri, Damaskus.
- Adwa'ul Bayan, Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi, Darul Fikri, Beirut.
- Tafsir Seper Sepuluh dari Al-Qur'an Al-Karim, Yayasan Al-Sofwa, Jakarta. Dll



Share:

Pribadi Nabi Di Mata Khadijah


Khadijah binti Khuwailid Al-Asadiyah Al-Quraisyiah adalah isteri pertama nabi yang merasakan secara langsung dari dekat akan kemuliaan pribadi beliau. Kepribadian beliau inilah yang menjadikan Khadijah jatuh hati kepadanya, padahal setiap pemuka kaum ketika itu berkeinginan sekali menikahi Khadijah, karena ia dikenal sebagai wanita yang paling cantik, cerdik, berbudi luhur dan kaya raya. Akan tetapi Khadijah lebih memilih nabi meskipun umur keduanya terpaut sekitar 15 tahun.

Akhlak Nabi

Dari Sa'd bin Hisyam bin Amir, dia berkata, "Saya mendatangi Aisyah, lantas saya bertanya kepadanya, 'Wahai Ummul Mukminin, ceritakan kepadaku bagaimana akhlak Rasulullah ?' Aisyah berkata:

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ، أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ، قَوْلَ اللهِ  : ﮛ  ﮜ     ﮝ  ﮞ  

"Akhlak beliau adalah al-Qur'an, tidakkah kau membaca al-Qur'an, yaitu firman Allah, yang artinya, 'Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.'" (HR. Ahmad, no. 24601)

Pribadi Nabi dalam Pandangan Khadijah

Berikut ini adalah sosok nabi dalam pandangan Khadijah:

1. Seorang Yang Jujur dan Amanah

Sebelum nubuwah, kaum Quraisy mengakui nabi sebagai seorang pemuda yang jujur dan amanah. Inilah yang menjadikan beliau digelari dengan al-Amin, orang yang dipercaya.

Kabar akan kemuliaan sifat dan kepribadian beliau sampai kepada Khadijah. Dikarenakan Khadijah kerap menyuruh orang-orang yang baik untuk menjalankan barang dagangannya, maka ia meminta kepada beliau untuk melakukan hal yang sama ke negeri Syam. Beliau pun menerima tawaran tersebut dan ditemani oleh seorang pembantu Khadijah yang bernama Maisarah.

Setelah Khadijah tahu akan keuntungan yang melimpah dari barang dagangan yang dijalankan oleh beliau, juga kabar yang disampaikan oleh Maisarah mengenai sifat-sifat beliau yang mulia, kecerdikan dan kejujurannya, maka Khadijah semakin tertarik dan jatuh hati kepada beliau.

Kemudian Khadijah mengutus Nafisah binti Munabih untuk menyampaikan keinginannya menikah bersama beliau. Ia mengatakan kepada beliau, "Wahai sepupuku, sungguh aku merasa tertarik kepadamu karena hubungan kekerabatanmu, kemuliaanmu di antara kaummu, kebaikan akhlakmu, dan kejujuran perkataanmu."

Setelah nabi menerima tawaran itu, beliau mengajak kedua pamannya, Hamzah bin Abdul Muththalib dan Abu Thalib untuk melamar Khadijah g kepada bapaknya, Khuwailid bin Asad. Akhirnya nabi menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Khadijah menjadi wanita pertama yang dinikahi oleh beliau dan beliau tidak menikah lagi melainkan setelah Khadijah wafat.

2. Seorang Yang Berakhlak Mulia

Kemuliaan akhlak nabi ditegaskan sendiri oleh Khadijah. Hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh Aisyah bahwa selepas nabi menerima wahyu pertama di gua Hira. Beliau pulang dalam keadaan tubuhnya bergetar dan ketakutan. Beliau pun meminta Khadijah untuk menyelimuti tubuhnya. Kemudian mengkisahkan kejadian yang dialaminya saat berada di gua Hira. Beliau berkata, "Sungguh, aku khawatir terhadap keadaan diriku sendiri!" Maka Khadijah mengatakan kepada beliau:

كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيْكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ
 وَتَقْرِيْ الضَّيْفَ وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ

"Tidak, Demi Allah. Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena engkau suka menyambung tali persaudaraan, membantu beban orang lain, memberi bantuan kepada orang yang tidak mampu, menjamu tamu dan menolong orang yang menegakkan kebenaran." (HR. Bukhari, no. 3)

Perkataan Khadijah di atas adalah bukti bahwa sebelum beliau diangkat menjadi nabi, beliau dikenal sebagai pribadi yang baik dan berakhlak mulia . Bahkan Khadijah bersumpah atas nama Allah dalam memberikan kesaksian akan kebaikan dan kemuliaan akhlak beliau. Hal itu dikarenakan Khadijah merasakan dan menyaksikan sendiri kebaikan-kebaikan yang beliau lakukan.

3. Seorang Pemberani Yang Cerdas

Kebenaran yang beliau bawa sangatlah bertentangan dengan adat kebiasaan kaum Quraisy ketika itu. Kesyirikan, kekufuran dan perbuatan buruk, seperti menyembah berhala, minum khamr, berzina adalah keburukan-keburukan yang menghiasi kaum Quraisy dalam kehidupan mereka. Kemudian nabi datang kepada mereka membawa kebenaran untuk mentauhidkan Allah, mengajak kepada perbuatan baik dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka.

Di awalnya, beliau lakukan seorang diri dengan penuh kesabaran. Namun tidak sebatas itu, beliau melakukan dakwahnya dengan strategi yang baik, yaitu dakwah elektif secara sembunyi-sembunyi sebelum beliau berdakwah secara terang-terangan. Inilah keberanian dan kecerdasan beliau yang disaksikan oleh Khadijah. Ia pun menjadi wanita pertama yang masuk islam yang kemudian diikuti oleh yang lainnya.

4. Seorang Suami Yang Pecinta dan Peyayang

Beliau sangatlah cinta kepada isteri-isterinya, namun kecintaan beliau kepada Khadijah lebih besar daripada isteri-isteri beliau yang lainnya. Hal ini dapat kita ketahui dari kesaksian Aisyah, dia berkata, "Apabila nabi menyebut nama Khadijah, maka ia memujinya dengan pujian yang paling baik. Pada suatu hari aku pun merasa cemburu dan aku katakan, 'Betapa seringnya kau sebut dia (Khadijah) hamra asy-syidqi (yang merah merona pipinya), bukankah Allah telah memberimu ganti yang lebih baik darinya!' Rasulullah bersabda:

مَا أَبْدَلَنِيَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا مِنْهَا، قَدْ آمَنَتْ بِيْ إِذْ كَفَرَ بِيَ النَّاسُ، وَصَدَّقَتْنِيْ
 إِذْ كَذَّبَنِيَ النَّاسُ، وَوَاسَتْنِيْ بِمَالِهَا إِذْ حَرَمَنِيَ النَّاسُ، وَرَزَقَنِيَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ وَلَدَهَا
 إِذْ حَرَمَنِيْ أَوْلَادَ النِّسَاءِ

"Allah tidaklah memberiku ganti yang lebih baik darinya, karena dia telah beriman kepadaku saat orang-orang mengingkariku, membenarkanku saat orang-orang mendustakanku, membantuku dengan hartanya saat orang-orang tidak mau membantuku, dan Allah memberiku rezeki berupa anak-anak darinya saat Allah tidak beriku keturunan dari isteri-isteriku yang lain." (HR. Ahmad, no. 24864)

Nilai dan Pelajaran

1. Jujur dan amanah adalah kunci sukses bagi seorang peniaga/pembisnis.
2. Di antara sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya.
3. Berdakwah di jalan Allah tidak hanya bermodalkan keberanian, tapi juga membutuhkan strategi yang baik dan kecerdasan.
4. Di antara sebaik-baik manusia adalah yang paling baik kepada isterinya, dan nabi adalah manusia yang paling baik terhadap isterinya.

Oleh: Saed As-Saedy, Lc.

Referensi

1. Hadzal Habib Muhammad Ya Muhibb, Abu Bakar Jabir Al-Jazairi.
2. As-Sirah An-Nabawiyah, 'Ardhu Waqa'i Watahlilu Ahdats, Ali Muhammad Ash-Shalabi.
3. Sirah Ibni Hisyam, Ibnu Hisyam, dll.
Share:

Ketika Isteri Cemburu


Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia berkata, "Nabi sedang berada di rumah salah seorang isterinya, kemudian salah seorang isteri nabi yang lain mengutus seorang pelayan dengan sepiring makanan kepada beliau. Tiba-tiba isteri nabi yang beliau sedang berada di rumahnya menampar tangan pelayan itu hingga jatuhlah piring tersebut dan terpecah. Nabi lantas mengumpulkan pecahan piring itu dan juga makanan yang ada di dalamnya sembari berkata, 'Ibu kalian sedang cemburu'. Kemudian nabi menahan pelayan itu sampai ia diberi piring milik isteri yang beliau berada di rumahnya. Beliau pun menyerahkan piring utuh itu kepada pemilik piring yang sudah pecah dan membiarkan yang pecah berada di rumah isteri yang memecahkannya." (HR. Bukhari, no. 5225)

Isteri nabi yang memecahkan piring itu adalah Aisyah, sedangkan yang mengirim sepiring makanan lewat pelayannya adalah Zainab binti Jahsy. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Badrudin Al-Aini, "Ibnu Hazm menyebutkan sebuah riwayat dari jalan Al-Laits, dari Jarir bin Hazim, dari Humaid, dari Anas bahwa yang menghadiahkan makanan itu kepada nabi adalah Zainab binti Jahsy, dimana ia menghadiahkan makanan itu kepada Rasulullah saat beliau berada di rumah Aisyah." (Umdatul Qari, 19/352)

Ada juga yang berpendapat bahwa isteri beliau yang menghadiahkan makanan itu adalah Shafiyah. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud yang menyebutkan bahwa Aisyah berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang membuat makanan seperti apa yang dilakukan oleh Shafiyah tatkala membuat makanan untuk Rasulullah, kemudian makanan itu dikirimkan kepada beliau (lewat pelanyannya). Aku pun menggoyangkan (tangan pelayan itu) sehingga mangkok (yang berisi makanan) pecah (karena terjatuh). Lantas aku bertanya kepada Rasulullah, 'Wahai Rasulullah, apa kafarat (denda) terhadap perbuatan yang aku lakukan?' Beliau menjawab, 'Mangkok diganti dengan mangkok yang semisalnya, makanan diganti dengan makanan yang semisalnya.'" (HR. Abu Dawud, no. 3570, dan didha'ifkan oleh Al-Albani dalam Shahih Wa Dha'if Abi Dawud, no. 3568)

Al-Khathtahbi berkata, "Kisah itu mungkin sekali adalah dua kisah, yaitu terjadi antara Aisyah dengan Zainab, dan pada kisah lain terjadi antara Aisyah dengan Shafiyah. Hal itu tidaklah masalah. Dan seandainya ia adalah satu kisah maka kita merajihkan (menguatkan) riwayat yang lebih kuat." (Umdatul Qari, 19/352)

Ada juga yang berpendapat bahwa isteri beliau yang mengirimkan makanan itu adalah Ummu Salamah. Hal ini berdasarkan hadits dalam riwayat An-Nasa'i, dari Ummu Salamah bahwa ia datang membawa sepiring makanan untuk diberikan kepada Rasulullah dan para sahabatnya. Lalu datanglah Aisyah dengan bersarungkan sebuah kain sambil membawa sebuah batu (sebesar genggaman tangan) dan memecahkan piring itu dengan batu tersebut. Kemudian nabi menggabungkan pecahan piring yang terbelah menjadi dua sembari berkata, 'Makanlah, ibu kalian sedang cemburu!' Beliau katakan itu sebanyak dua kali. Setelah itu nabi mengambil piring Aisyah dan mengutus seseorang untuk membawanya kepada Ummu Salamah. Adapun piring Ummu Salamah yang telah pecah diberikan kepada Aisyah." (HR. An-Nasa'i, no. 3956)

Intinya bahwa kisah ini terjadi berkisar antara Aisyah dengan Zainab, Shafiyah atau Ummu Salamah. Tidak ada masalah dalam kisah ini. Jika dianggapnya bermasalah karena banyaknya riwayat dengan perbedaan pelaku kisah di dalamnya, maka cukuplah dengan merajihkan riwayat yang paling kuat. 

Adapun perkataan, "Ibu kalian sedang cemburu" merupakan alasan yang dikemukakan nabi kepada para sahabatnya agar mereka memaklumi apa yang telah dilakukan oleh salah seorang isterinya sebagai akibat kecemburuan terhadap isterinya yang lain. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa nabi mengatakan hal itu sampai dua kali. (Lihat riwayat Imam Ahmad, no. 13772)

Dalam riwayat Abu Dawud, Ibnul Mutsana (salah seorang perawi) mengatakan, "Kemudian Nabi mengambil piring yang terbelah menjadi dua, menyatukan dua pecahan tersebut dan mengumpulkan makanan itu di dalamnya." Ibnul Mutsana juga menambahkan bahwa nabi berkata, "Makanlah!", maka para sahabat yang berada di rumah itu menyantap makanan tersebut sampai beliau mengambil piring utuh yang ada di rumah itu sebagai gantinya. (Lihat riwayat Abdu Dawud, no. 3569)

Dan dalam riwayat Imam Ahmad disebutkan bahwa para sahabat menyantap makanan itu sampai habis. Setelah itu nabi menyerahkan sebuah piring utuh sebagai gantinya kepada pelayan tersebut. (Lihat riwayat Imam Ahmad, no. 12027)

Pelajaran yang bisa diambil dari kisah di atas ialah:

1. Kecemburuan yang terjadi antara seorang isteri dengan madunya adalah perkara wajar dalam kehidupan sebuah rumah tangga, selama tidak berlebihan dan menyimpang dari ajaran syariat.

2. Keindahan akhlak nabi terhadap isteri-isteri beliau, dimana beliau memaklumi kecemburuan yang terjadi di antara isteri-isterinya. Beliau tidaklah mencelanya sama sekali, bahkan meminta secara tersirat kepada para sahabat untuk memakluminya lewat perkataan, "Makanlah! Ibu kalian sedang cemburu."

3. Kebaikan akhlak nabi dengan mengganti piring yang pecah dengan piring yang masih utuh, meskipun hal itu terjadi di antara isteri-isterinya yang merupakan keluarganya sendiri.

4. Sebaik-baik orang adalah yang paling baik terhadap isterinya dan nabi adalah manusia yang paling baik terhadap isterinya. Kewajiban seorang suami ialah senantiasa mempergauli isterinya dengan sebaik-baiknya.


Wallahu a'lam


Oleh: Saed As-Saedy, Lc.


Referensi


- Shahih Bukhari
- Umadtul Qari Syarh Shahih Bukhari, Badrudin Al-Aini, dll.
Share:

Hak-Hak Anak Terhadap Orang Tua

            
Hak-hak anak bagi orang tua ibarat biji-bijian yang hendak ditanamnya. Apabila biji-bijian ini ketika sebelum maupun setelah ditanamnya diperhatikan dan dirawat dengan baik, niscaya ia akan menjadi tanaman yang subur dan menghasilkan buah yang baik lagi banyak. Sebaliknya, ketika biji-bijian itu dibiarkan begitu saja, tidak dirawat dan tidak diperhatikan dengan baik, maka ia akan tumbuh menjadi tanaman yang jelek dan tidak akan menghasilkan buah yang bagus.
Anak Shalih adalah Nikmat yang Agung
Secara fitrah setiap orang pasti mendambakan memiliki keturunan yang shalih dan shalihah. Semua orang pun mengakui bahwa keshalihan seorang anak adalah kesejukan hati bagi para orang tua.
Memiliki anak-anak yang shalih/shalihah merupakan nikmat Allah yang agung bagi para orang tua. Bahkan kenikmatan ini bukan hanya dirasakan ketika dirinya masih hidup di dunia. Akan tetapi, ia akan senantiasa berlanjut meskipun dirinya telah wafat dan tidak mampu lagi untuk beramal. Bukankah suatu kenikmatan yang sangat agung, ketika dirinya sudah tidak sanggup lagi beramal namun ia senantiasa mendapatkan aliran pahala karena do'a anak-anaknya yang shalih?
Diriwayatkan dari Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila manusia meninggal dunia maka amalnya akan terputus, kecuali tiga perkara; (yaitu) sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendo'akan orang tuanya." (HR. Muslim, no. 4310)
Anak adalah Ujian Hidup
Para orang tua juga tidak boleh lupa, bahwa di sisi lain anak keturunan adalah cobaan hidup sebagaimana halnya harta yang berada dalam genggamannya. Ketika mereka menjadi anak-anak yang shalih dan membawa orang tua pada ketaatan, maka hal ini adalah karunia yang sangat agung. Namun, ketika mereka menjadi anak-anak yang durhaka dan melalaikan orang tua dari jalan yang benar. Sungguh, hal ini adalah bencana besar yang akan merugikan dirinya di dunia terlebih di akhirat.
Allah I berfirman:
ﮝ  ﮞ  ﮟ   ﮠﮡ 
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu)." (QS. At-Taghabun: 15)
Allah I juga berfirman:
ﮝ  ﮞ  ﮟ  ﮠ   ﮡ        ﮢ  ﮣ  ﮤ  ﮥ  ﮦ  ﮧﮨ  ﮩ  ﮪ        ﮫ  ﮬ  ﮭ  ﮮ 
"Wahai orang-oran yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Munafiqun: 9)
Hak-Hak Anak Terhadap Orang Tua
Hak-hak anak bagi orang tua adalah kewajiban yang harus ditunaikan dengan baik. Apabila kewajiban ini diabaikan dan tidak diperhatikan dengan baik, maka sudah sepatutnya orang tua mendapatkan apa yang telah diperbuatnya. Sehingga tatkala orang tua mendapati anak-anaknya tidak memiliki akhlak dan agama yang baik, janganlah ia mencela melainkan dirinya sendiri.
Kedurhakaan seorang anak tidak terlepas dari andil para orang tua yang tidak menunaikan hak-hak anak-anak mereka dengan baik. Oleh karena itu, Rasulullah r bersabda:
فَأَعْطِ كُلَّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
"Maka berikanlah hak kepada setiap pemiliknya." (HR. Bukhari, no. 1968)
Adapun hak-hak anak terhadap orang tua terbagi menjadi dua macam, hak-hak sebelum lahir dan hak-hak setelah lahir:
Hak-hak anak sebelum lahir
Hak-hak anak yang wajib ditunaikan orang tua sebelum kehadiran seorang anak ialah:
a.      Memilih pasangan yang shalih/shalihah
Memilih pasangan yang shalih/shalihah sebelum menikah merupakan hak seorang anak. Namun, banyak orang yang tidak mengetahui masalah ini. Mereka tidak memahami bahwa hal ini termasuk kewajiban yang harus ditunaikan yang menjadi hak bagi seorang anak.
Maka wajib bagi seorang laki-laki memilih seorang wanita shalihah untuk dijadikan sebagai isterinya. Demikian juga seorang wanita, wajib baginya untuk memilih laki-laki yang shalih untuk dijadikan imamnya dalam berrumah tangga. Keshalihan itu terletak pada agama dan akhlaknya yang baik. Inilah yang akan mendorongnya untuk menunaikan dan memperhatikan hak-hak pasangan maupun anak-anaknya dengan baik.
Oleh karena itu, Rasulullah r bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

"Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama yang baik, niscaya engkau akan beruntung." (HR. Bukhari, no. 5090)
Rasulullah r juga bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ ، وَفَسَادٌ عَرِيضٌ
"Apabila (seorang laki-laki datang) meminang (puteri) kalian yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan kerusakan yang besar." (HR. At-Tirmidzi, no. 1084)  
b.      Membaca do'a sebelum berhubungan suami isteri
Berdo'a sebelum berhubungan suami isteri merupakan upaya kedua orang tua untuk menjaga dan melindungi anaknya dari godaan setan, apabila keduanya dikarunai seorang anak dari hubungan itu.
Ini adalah sunnah nabi sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas t bahwa Rasulullah r bersabda:
لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ: (بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا) فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
"Sungguh, seandainya salah seorang dari mereka apabila hendak mendatangi (menggauli) isterinya mengucapkan, 'Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Kau rezekikan kepada kami (yaitu anak),' maka ketika ditakdirkan seorang anak (dari hubungan itu), niscaya setan tidak bisa membahayakan (anak itu) selamanya." (HR. Bukhari, no. 6388 dan Abu Dawud, no. 2163)
c.       Banyak berdo'a agar dikaruniai anak keturunan shalih/shalihah
Memperbanyak do'a agar dikaruniai anak-anak yang shalih/shalihah juga merupakan hak anak terhadap orang tua. Do'a yang baik merupakan usaha orang tua dalam memelihara anak-anaknya agar Allah senantiasa menjaganya dalam kebaikan, keberkahan dan keridhaan-Nya, serta jalan yang benar ketika anak itu benar-benar sudah terlahir ke dunia.
Oleh karena itu, para nabi senantiasa berdoa agar mereka dikaruniai anak keturunan yang shalih. Allah I berfirman menghikayatkan do'a nabi Zakaria:
ﭗ  ﭘ  ﭙ  ﭚ  ﭛ  ﭜ    ﭝ  ﭟ        ﭠ  ﭡ 
"Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do'a." (QS. Ali Imran: 38)
Hak-hak anak setelah lahir
Adapun hak-hak anak setelah lahir, di antaranya ialah:
a.      Memberi nama dengan nama yang baik
Kewajiban bagi orang tua terhadap anaknya setelah lahir ialah memberi nama dengan nama yang baik. Telah diriwayatkan secara shahih bahwa nabi merubah beberapa nama para sahabat. Seperti nama Juwairiyah yang sebelumnya bernama Barrah. Di antara nama-nama yang paling disukai ialah nama-nama yang dinisbatkan kepada Allah, seperti Abdullah, atau nama-nama para nabi dan rasul. Rasulullah  bersabda:
إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
"Sesungguhnya nama-nama yang paling dicintai Allah ialah Abdullah dan Abdurrahman." (HR. Muslim, no. 5709)
b.      Mengaqiqahi anak
Anak yang sudah lahir hendaknya diaqiqahi dan diberi nama, yaitu pada hari ketujuh setelah lahirnya. Apabila laki-laki disunnahkan dengan menyembelih dua ekor kambing dan jika perempuan disunnahkan dengan menyembelih seekor kambing. Diriwayatkan dari Samrah bin Jundub t bahwa Rasulullah r bersabda:
كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى
"Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya,dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. 2840)
Diriwayatkan dari Ummu Kurzin g bahwa ia bertanya kepada Rasulullah r tentang aqiqah, maka nabi r bersabda:
عَنِ الغُلاَمِ شَاتَانِ ، وَعَنِ الأُنْثَى وَاحِدَةٌ
"Untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan anak perempuan satu ekor kambing." (HR. At-Tirmidzi, no. 1516)
c.       Mengkhitan anak
Mengkhitan anak laki-laki merupakan hak seorang anak. Dan jika memungkinkan, seorang anak perempuan juga dikhitan karena dapat mengurangi syahwanya. Hal ini berdasarkan hadits:
الْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَقَصُّ الشَّارِبِ

"Fitrah ada lima atau lima perkara termasuk sunnah-sunnah fitrah; khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku, mencabut buku ketiak dan mencukur kumis." (HR. Bukhari, no. 5889)
d.      Mengajari anak al-Qur'an, tauhid, akhlak, hal-hal yang wajib dan perkara-perkara agama lainnya
Lihatlah wasiat luqman di dalam surat Luqman ayat 12-19, ketika mengajari dan menasihati anak-anaknya. Ia menyuruh agar mereka bersyukur kepada Allah dan menjauhi kekufuran, bertauhid kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, berbakti kepada kedua orang tuanya, mendirikan shalat, melaksanakan amar ma'ruf nahi munkar, bersabar, menjauhi kesombongan dan bersikap sederhana. Semua perkara ini adalah kewajiban bagi orang tua yang harus ditunaikan dengan baik kepada anak-anaknya.
e.      Menafkahi anak dengan sesuatu yang halal
Sesungguhnya daging di dalam tubuh itu tumbuh dari asupan makanan yang diberikan oleh orang tuanya. Sehingga, wajib bagi orang tua untuk menafkahi isteri dan anak-anaknya dengan sesuatu yang halal dan baik, secara dzatnya maupun cara mendapatkannya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah t bahwa Rasulullah r bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ. فَقَالَ: ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ). وَقَالَ: (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ). ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
 “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang Telah menceritakan kepada kami telah kami rezekikan kepadamu.'” Kemudian Nabi menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?(HR. Muslim, no. 2393)
f.        Berbuat adil di antara anak-anak
Orang tua wajib berbuat adil terhadap anak-anaknya. Tidak boleh salah seorang dari mereka diistimewakan atas yang lainnya karena sebab tertentu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah r:
اتَّقُوا اللَّهَ وَاعْدِلُوا فِى أَوْلاَدِكُمْ
"Bertakwalah kepada Allah dan berbuat adillah di antara anak-anakmu." (HR. Muslim, no. 4267)
Demikianlah beberapa hak anak yang wajib diperhatikan dan ditunaikan oleh kedua orang tua, agar mereka benar-benar menjadi anak-anak yang shalih/shalihah dengan izin Allah I. Kita memohon kepada Allah I agar menjauhkan kita,  anak-anak dan keluarga kita dari api neraka. Amiin
Wallahu a'lam

Oleh: Saed As-Saedy, Lc.
Referensi
-          At-Tarbiyah Al-Islamiyah, Muhammad Ratib An-Nabulsi.

-          Huququl Abna, Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi, dll
Share:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers