Bersama Bahagia Dalam Naungan Islam

  • RAHASIA DI AKHIR TASYAHUD

    Sukses, ternyata tidak lepas dari kecerdikan dalam memilah dan memanfaatkan kesempatan, apapun bentuk kesuksesan itu. Sehingga memerankan strategi yang baik sangatlah penting dalam kehidupan seorang muslim.

  • SAATNYA AKU TIADA LAGI BERMIMPI

    Hunian super mewah di dunia belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan hunian yang Allah sediakan di surga. Untuk memilikinya pun bukanlah mimpi, bahkan seorang mukmin yang paling miskin pun bisa meraihnya, dan hal itu bukanlah perkara yang mustahil.

  • HAK-HAK ANAK TERHADAP ORANG TUA

    Hak-hak anak bagi orang tua ibarat biji-bijian yang hendak ditanamnya. Apabila biji-bijian ini ketika sebelum maupun setelah ditanamnya diperhatikan dan dirawat dengan baik, niscaya ia akan menjadi tanaman yang subur dan menghasilkan buah yang baik lagi banyak.

  • DOSA-DOSA PACARAN

    Cukuplah bagi kita, khususnya orang tua atau mereka yang di bawah tangannya tergenggam amanah akan pendidikan maupun perkembangan anak-anaknya, bahwa fakta maupun realita yang kerap terdengar dan menjadi santapan sehari-hari kita menunjukkan akan buruknya akibat dari sebuah pacaran.

Sepucuk Surat “Kepadamu Wahai Putraku Tercinta“

Wahai puteraku tercinta, kutuliskan pula untaian-untaian nasihat yang mungil untukmu, semua itu tidak lain adalah sebuah bentuk kasih sayangku terhadapmu. Hendaklah engkau merasa takut kepada Allah terhadap dirimu sendiri, yaitu dengan tetap menjaga kesucian, kemuliaan, mengenakan pakaian yang disyariatkan, membekali diri dengan ilmu dien, menjaga rasa malu, menjaga diri dari pergaulan dengan perempuan yang bukan mahramnya, menjauhi ikhtilat, khulwah, serta tidak mengikuti dan terbawa oleh ajakan maupun propaganda para penebar fitnah dari kaum liberalis dan orientalis serta orang-orang kafir.

Wahai puteraku tercinta, kau bagiku bagai sebuah pedang samurai, kau adalah sumber manfaat yang besar sekaligus sebuah kebanggaan untukku, namun di sisi lain kau pun bisa berubah menjadi sebuah bumerang yang mampu untuk melukai dan membinasakan diriku. Ketahuilah bahwa keberadaanmu di sisiku tidaklah aman selamanya, karena kau tidaklah hidup bersamaku seutuhnya dan tidak selalu berada dalam pengawasanku selamanya. Televisi, koran, majalah, komik, novel, handphone, internet, lingkungan sekolah, pergaulan teman-teman, dan lingkungan lainnya adalah hal-hal yang akan terus menemani dirimu. Terlebih di zaman sekarang ini yang hampir semua ranah kehidupan tidak bisa lepas dari yang namanya handphone dan internet.

Semua itu, baik media cetak dan elektronik yang semakin canggih dan smart akan sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter, perilaku, kepribadian, dan pola pikir dalam dirimu. Jikalau dirimu tidak memiliki pertahanan yang kokoh, niscaya kau akan terbawa arus buruk yang akan menghinakan dirimu sendiri secara pelan tapi pasti.

Memang kemudahan itu adalah sebuah anugerah dari Allah atas hamba-hamba-Nya yang layak kita syukuri. Akan tetapi orang-orang kafir, orang munafik dan musuh-musuh Allah yang lainnya, mereka lebih menguasai media itu semua dan sangat gencar untuk merusak aqidah, pola pikir maupun akhlak generasi-generasi muda islam.

Oleh karena itu, wahai puteraku tercinta, bekalilah dirimu sebanyak-banyaknya dengan pengetahuan agama yang benar dan berhati-hatilah dirimu dari pemahaman dan pemikiran yang menyimpang. Carilah sumber-sumber ilmu syariat yang murni yang jauh dari penyimpangan. Karena ketika tiba saatnya kau untuk terjun ke dunia luar, kau akan mendapatkan betapa dahsyatnya pengaruh-pengaruh buruk lingkungan yang akan merayu dan mengodamu dalam setiap waktunya. Di saat itulah, jika kau tak memiliki pertahanan aqidah maupun pemahaman agama yang benar dan kuat, dipastikan kau akan tergiur dan terbawa oleh arus buruk yang akan terus mengintaimu.

Wahai puteraku tercinta, kelak kau akan menjadi sosok seorang bapak bagi anak-anakmu yang akan merasakan seperti apa yang ku rasakan saat ini. Jika kau mengharapkan kebaikan bersinar dari anak-anakmu kelak, maka kau harus membangunnya dari sekarang juga yaitu dengan merajut kebaikan-kebaikan itu terlebih dahulu dalam dirimu sendiri. Karena sesungguhnya rumah tangga yang kelak kau bangun bersama pasanganmu adalah madrasah pertama yang akan membentuk karakter dan pola pikir terhadap anak-anakmu. Di sinilah urgensi bekal beragama yang benar dan kuat kedua orang tua bagi pendidikan anak-anaknya yang akan menghiasi kehidupan berumahtangganya kelak.

Wahai puteraku tercinta, kami sebagai orang tuamu tidaklah menghalangimu untuk bercita-cita menjadi apa saja selama itu baik, bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syariat. Kami sangatlah mendukung asamu menurut kemampuan yang bisa kami kerahkan selama raga ini masih bisa dimanfaatkan. Akan tetapi, janganlah kau lupakan untuk terus belajar ilmu agama, karena pemahaman yang benar dan kuat dalam beragama adalah pondasi utama yang akan menjadi filter diri agar tidak mudah tergiur dan terjerumus oleh godaan dan pengaruh buruk lingkungan sekitar, baik lingkungan kerja ataupun lingkungan bermasyarakat.

Wahai puteraku tercinta, kau adalah generasi penerus yang akan memangku masa depan umat dan negeri ini. Sungguh, kebaikan umat dan negeri tercinta ini sangatlah bergantung pada kebaikan dalam dirimu. Pula kemunduran dan kehancuran umat maupun negeri ini tidak lepas dari keburukan akhlak, pola pikir, landasan beragama yang lemah dalam dirimu.

Kami sebagai orang tuamu tidaklah mengharap banyak darimu melainkan agar kau menjadi generasi yang shalih dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah yang akan menjadi kebanggaanku tersendiri yang luar biasa yang tidak bisa tergantikan oleh harta maupun tahta. Sama sekali bukanlah kebanggaan bagiku di saat melihat dirimu jauh dari akhlak, pola pikir, dan kebiasaan yang mencerminkan nilai-nilai islam yang mulia.

Wahai puteraku tercinta, jadikanlah Rasulullah dan para sahabatnya sebagai suri tauladan dalam hidupmu. Karena mereka merupakan sebaik-baik generasi umat manusia yang telah mengerti dan merasakan makna kehidupan yang sejatinya. Janganlah para artis, bintang olahraga, atau bintang-bintang lainnya yang malah kau jadikan sebagai teladan hidupmu. Karena mereka hanyalah mencari popularitas dan kehidupan dunia semata, sementara hakikat hidup yang sejatinya belumlah pernah mereka rasakan.

Wahai puteraku tercinta, Kehidupan tidaklah sebatas di dunia saja, karena di sana masih ada kehidupan akhirat yang menantinya dan akan kekal selama-lamanya. Adapun keberadaan kehidupan dunia hanyalah sebatas jembatan yang akan mengantarkan kita kepada kehidupan yang sejatinya, yaitu akhirat. Jika kita baik dalam menyikapi kehidupan dunia, maka baik pula yang akan kita dapatkan kelak di akhirat. Dan sebaliknya, jika kita salah dalam menyikapi kehidupan dunia, maka keburukan pula yang akan didapatkan kelak di akhirat. Sementara tolak ukur dalam menyikapi baik buruknya kehidupan dunia hanyalah terdapat pada syariat yang telah Allah turunkan kepada Rasulullah. Inilah sejatinya neraca yang harus dijadikan pegangan umat manusia dalam menempuh kehidupan dunia yang fana ini.

Wahai puteraku tercinta, sejatinya kau juga adalah aset termahal yang pernah ku miliki yang sangat aku harapkan manfaatnya di saat diriku telah tutup usia yang tiada amal kebajikan satupun yang bisa aku lakukan setelah itu. Dan hal itu hanya bisa aku dapatkan di saat kau benar-benar menjadi seorang muslim yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ini pula sepucuk surat kecilku yang ku tuliskan untukmu wahai puteraku tercinta. Dengarkanlah suara hatiku ini yang ku lukiskan dalam untaian-untaian kata nasihat untukmu. Inilah yang akan menjadi kebanggaanku di saat kau benar-benar mendengarkan nasihat yang ku tuliskan untukmu. Karena tiadalah kemuliaan dalam dirimu melainkan dengan mengikuti sunnah-sunnah Rasulullah.

Diakhir surat ini, tak lupa ku iringi do’a semoga Allah senantiasa menjaga kebaikan dan keistiqamahan dalam hatimu, menjadikanmu seorang muslim yang shalih dan taat, serta melahirkan darimu generasi-generasi islam yang tangguh, cerdas, berakhlak mulia, berdedikasi tinggi, serta penuh dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Amiin
Share:

Sepucuk Surat “Kepadamu Wahai Puteriku Tercinta“

Wahai puteriku tercinta, hendaklah engkau merasa takut kepada Allah terhadap dirimu sendiri, yaitu dengan tetap menjaga kesucian, kemuliaan, mengenakan pakaian yang disyariatkan, membekali diri dengan ilmu dien, menjaga rasa malu, menjaga diri dari pergaulan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, menjauhi ikhtilat, khulwah, tabaruj, serta tidak mengikuti dan terbawa ajakan maupun propaganda para penebar fitnah dari kaum liberalis dan orientalis serta orang-orang kafir.

Jadilah engkau seorang muslimah yang baik, seorang pendidik dan teladan bagi anak-anakmu kelak, sosok yang pandai menjaga kesucian diri dan keluarga yang hendak kau bangun, manusia yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, seorang yang qana’ah dan tidak rakus terhadap harta dan dunia, taat terhadap suami yang akan menjadi pendamping hidupmu, menunaikan kewajiban-kewajibanmu terhadapnya tanpa kurang, tidak meminta hak-hakmu darinya tanpa lebih, dan kerahkanlah seluruh tenaga maupun pikiranmu untuk mendidik dan mecetak anak-anakmu menjadi generasi yang shalih dan shalihah, pandai, cerdas, berdedikasi, berakhlak mulia, memiliki aqidah yang lurus, taat dalam beribadah, lembut dalam bermuamalah, tegas dan kokoh serta berprinsip agama yang kuat.

Wahai puteriku tercinta, engkau harus tahu bahwa saat engkau keluar rumah, berbaur dengan para lelaki, sibuk dengan karir dan pamor, menanggalkan jilbab dan hijab, melumuri diri dengan wewangian, bersolek untuk menarik orang lain, serta berkeliaran di tempat-tempat umum. Saat itu engkau telah menjadi sumber malapetaka dan bencana, akar kehancuran dan kerusuhan, pangkal kekacauan dan kemunduran. Ingatlah saat Rasulullah bersabda :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً هِىَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku meninggalkan fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki melainkan fitnah wanita.” [1]

Wahai puteriku tercinta, kelak di saat kau menjadi seorang ibu bagi anak-anakmu, manakah yang lebih kau banggakan? Puteri-puterimu yang pandai, berprestasi di sekolah atau kampus, memiliki pekerjaan yang mapan, akan tetapi mereka melepaskan hijabnya, berpakaian tapi telanjang layaknya kebanyakan para wanita saat ini, tidak menjaga shalatnya dengan baik, menghabiskan waktu luangnya hanya dengan musik, nyanyian, atau nonton film maupun sinetron, pula dengan bebasnya mereka bergaul atau berkomunikasi dengan para laki-laki. Apakah semua itu sudah sangat cukup membanggakan hatimu dan keluargamu?

Atau kau lebih berbangga dengan keberadaan puteri-puterimu yang smart, terpancar dari wajah dan tubuhnya keshalihan akhlak maupun hati, rajin dalam ibadah wajib maupun sunnah, pandai membaca al-Qur’an, bahkan hafal sebagian atau seluruhnya, menghijab tubuhnya dengan gaun yang telah Rasulullah ajarkan, menghiasi rumahnya dengan lantunan merdu akan ayat-ayat suci al-Qur’an, mengisi waktu laungnya dengan bacaan-bacaan buku islami, motivasi maupun inspirasi, serta rajin bermunajat kepada Rabb-nya untuk kebaikan diri dan kedua orang tuanya!

Pula, apakah kau lebih berbangga disaat melihat putra-putramu memiliki segudang prestasi dalam dunia olahraga, science, atau dalam bidang-bidang lainnya, akan tetapi mereka hanya shalat di saat ingat dan luang saja atau bahkan tidak shalat sama sekali, jarang membaca al-Qur’an, enggan untuk mengaji, lebih senang menghiasi rumahnya dengan nyanyian atau musik-musik semata, dan dengan bebasnya bergaul atau menjalin komunikasi dengan para wanita yang bukan mahramnya, atau yang semisalnya. Apakah semua itu begitu membanggakan diri dan hatimu sebagai seorang ibu bagi mereka?

Atau kau lebih senang dan bangga ketika melihat putra-putramu rajin shalat berjamaah di Masjid, menghiasi rumahnya dengan lantuan ayat-ayat suci al-Qur’an, menjadikan rumahnnya penuh dengan buku-buku islam, inspirasi maupun motivasi, mengisi waktu luangnya dengan bacaan buku-buku perpustakaan di rumahnya, membatasi pergaulannya dengan para wanita yang bukan mahramnya, dan ditambah dengan prestasi yang baik di sekolah maupun kampusnya!

Manakah yang lebih membanggakan hati dan keluarga yang hendak kau bangun bersama pendamping hidupmu kelak jika anak-anakmu telah menghiasi kehidupan rumah tanggamu? Semua orang pasti mengharapkan kebaikan bagi anak-anaknya, akan tetapi kebaikan itu tidaklah terlahir begitu saja tanpa adanya usaha dan teladan dari diri orang tuanya. Oleh karena itu, wahai puteriku tercinta, jika kau mengharapkan kebaikan bersinar dari anak-anakmu kelak, maka mulailah dari sekarang untuk memperbaiki dirimu sendiri sebelum kehadiran mereka di sisimu. Karena keburukan akhlak, kebiasaan maupun ibadahmu akan menjadi pendidik praktis yang akan diserap langsung oleh anak-anakmu kelak.

Wahai puteriku tercinta, jangan kau kira bahwa keelokan paras wajah dan tubuhmu yang kau jajakan begitu bebasnya tidak berdampak buruk sama sekali bagi masyarakat di sekelilingmu. Relakah anugerah agung yang telah Allah berikan kepadamu dieksploitasi hanya untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Bisa ditonton dan dinikmati secara gratis oleh setiap mata lelaki yang kotor hatinya. Serta menjadi penyulut api fitnah, kerusakan dan keburukan bagi manusia lainnya.

Sungguh, kami sebagai orang tuamu tidaklah rela kau menjadi sampah dan bahan obralan yang begitu murahnya terjual dan disantap oleh siapa saja. Kau adalah mahkota dan kemuliaan bagiku di dunia ini dan di akhirat kelak, jika kau menjadi seorang muslimah yang taat dan istiqamah di atas petunjuk Rasulullah.

Jika kau bangga dan lebih memilih dengan perbuatan burukmu untuk mengikuti budaya-budaya barat yang hina itu, hanya demi untuk mendapatkan kenikmatan dunia dan keindahan semu semata, maka kami sebagai orang tuamu tidaklah berbangga sama sekali dengan semua itu. Kami justru sangat bersedih dan teriris hatinya dengan kerasnya hatimu untuk mendengar nasihatku.

Jika itu adalah pilihanmu, maka kami berlepas diri darimu dan dari perbuatanmu. Nasihat telah kami sampaikan, jalan yang benar telah kami tunjukkan, segenap kekuatan dan usaha telah dikerahkan agar kau kembali ke jalan yang benar. Semoga Allah menerima hujjahku di saat hari pertanggunngjawaban menantiku, dan Dia tidak menghukumku akibat pembangkangan yang kau tunjukkan kepadaku.

Wahai puteriku tercinta, jadikanlah Rasulullah dan para shohabiyah sebagai suri tauladan dalam hidupmu. Karena mereka merupakan sebaik-baik generasi umat manusia yang telah mengerti dan merasakan makna kehidupan yang sejatinya. Janganlah para artis, bintang olahraga, atau bintang-bintang lainnya yang malah kau jadikan sebagai teladan hidupmu. Karena mereka hanyalah mencari popularitas dan kehidupan dunia semata, sementara hakikat hidup yang sejatinya belumlah pernah mereka rasakan.

Wahai puteriku yang tercinta, sejatinya kau adalah aset termahal yang sangat aku harapkan manfaatnya di saat diriku telah tutup usia yang tiada amal kebajikan satupun yang bisa aku lakukan setelah itu. Dan hal itu hanya bisa aku dapatkan di saat kau benar-benar menjadi seorang wanita shalihah yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Inilah sepucuk surat kecilku untukmu wahai puteriku yang tercinta. Dengarkanlah suara hatiku ini yang ku tuliskan dalam untaian-untaian kata nasihat untukmu. Inilah yang akan menjadi kebanggaanku di saat kau benar-benar mendengarkan nasihat yang ku tuliskan untukmu. Karena tiadalah kemuliaan dalam dirimu melainkan kau balut dan pelihara mahkotamu dengan nilai-nilai sunnah Rasulullah.

Diakhir surat ini, tak lupa ku iringi do’a semoga Allah senantiasa menjaga kebaikan dan keistiqamahan dalam hatimu, menjadikanmu seorang muslimah yang shalihah dan taat, serta melahirkan darimu generasi-generasi islam yang tangguh, cerdas, berakhlak mulia, berdedikasi tinggi, serta penuh dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Amiin



-----------------------
 [1] HR. Bukhari (5096), Muslim (7121), At-Tirmidzi (2780), Ibnu Majah (3998) dan Ahmad (21794)
Share:

Manfaat Berjilbab

Balutan jilbab dalam tubuh seorang muslimah adalah sebuah keanggunan yang dipenuhi dengan kemuliaan. Disamping ia sebagai icon kemuliaan seorang wanita muslimah, jilbab juga memiliki banyak sekali manfaat lain yang sejatinya manfaat itu kembali untuk diri seorang muslimah itu sendiri. Berikut ini adalah beberapa manfaat jilbab :[1]

1. Selamat dari azab Allah

Seandainya taka ada manfaat lain dalam jilbab selain ini, cukuplah ia menjadi renungan kita. Bagaimana tidak, sedangkan semua jerih payah kita selama ini pada hakikatnya ialah demi mencari keselamatan dan kebahagiaan akhirat.

Seorang muslimah yang menanggalkan jilbabnya, otomatis tergolong orang yang bermaksiat. Tak hanya satu maksiat yang ia lakukan, namun sederet kemaksiatan sekaligus telah ia kerjakan. Mulai dari meninggalkan kewajiban, mengundang fitnah kaum lelaki, memberikan contoh yang tidak baik, sampai menjadi penyulut terjadinya pelecehan seksual, perzinaan, perampokan dan lain-lain. Karenanya, jadikanlah manfaat ini sebagai alasan utama untuk berjilbab. Ingatlah bahwa siksa Allah amatlah pedih. Jangan sampai kita mengira bahwa tubuh kita akan kuat menahan siksa-Nya.

2. Ibadah yang mudah, tanpa lelah dan lebih dicintai Allah

Ketahuilah bahwa mengenakan jilbab merupakan ibadah, bukan sekedar tradisi. Ia merupakan ibadah agung yang mengandung banyak kebaikan. Bahkan ia lebih dicintai oleh Allah dari sekian banyak ibadah sunnah. Mengapa demikian? Perhatikanlah firman Allah dalam hadits qudsi berikut :

وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ

“Hamba-Ku tidaklah bertaqarrub kepada-Ku dengan sesuatupun yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya.” [2]

Sebagaimana yang telah anda ketahui, mengenakan jilbab merupakan salah satu kewajiban bagi seorang muslimah. Karenanya ia lebih dicintai oleh Allah dari pada shalat sunnah, puasa sunnah, sedekah, atau amalan-amalan sunnah lainnya.

Lebih lagi anda tak capek-capek untuk meraih pahala besar, cukup menutup diri dengan berjilbab atau tinggal dalam rumah. Dengan amalan yang ringan seperti ini, anda mampu mengalahkan banyak orang yang giat beramal sunnah, namun tidak berjilbab atau sering keluyuran.

3. Tanda wanita terhormat

Salah satu disyariatkannya jilbab ialah untuk membedakan antara wanita yang terhormat dengan wanita-wanita lainnya.

Allah telah berfirman :

“Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan isteri-isteri orang mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59)

Ketika seseorang melihat wanita yang berjilbab secara sempurna, pertama kali yang terlintas di benaknya ialah bahwa wanita itu adalah seorang yang baik lagi menjaga kehormatannya. Namun jika yang dilihat penampilannya mirip wanita tuna susila, maka jelas orang yang melihatnya itu akan mempunyai penilaian yang jelek terhadapnya.

4. Terhindar dari pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat dari tingkah laku mereka itu sendiri, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam ayat di atas. Bagaimana tidak, sedangkan Allah telah menanamkan kecenderungan kepada wanita di hati setiap laki-laki.

Allah berfirman :

“Dijadikan indah dalam [pandangan] manusia kecintaan terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang banyak…” (QS. Ali Imran : 14)

Wanita juga merupakan fitnah terbesar bagi kaum laki-laki sebagaimana yang disebutkan dalam hadits. Jikalau wanita 14 abad yang lalu merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki, maka bagaimana kiranya ketika mereka keluar dengan mengumbar aurat yang membangkitkan nafsu syahwat di zaman sekarang ini? Jelas mereka akan menjadi target pelecehan seksual yang paling empuk bagi kaum laki-laki yang jahat.

5. Menjauhkan diri dari perbuatan nista

Dengan mengenakan jilbab, anda akan terdorong untuk menjauhi tempat-tempat maksiat. Anda pasti malu saat terlihat di tempat-tempat yang tidak baik. Jauh berbeda dengan mereka yang bertabarruj, yang dapat dijumpai di mana pun kecuali di tempat-tempat yang mulia. Karena itu jilbab merupakan simbol kemuliaan seorang wanita yang akan menjauhkan dirinya dari perbuatan nista.

Kalaulah ada di antara mereka yang berjilbab sampai terjerumus dalam perbuatan nista, maka bukan jilbabnya yang kita salahkan, akan tetapi orangnya. Sebagaimana kalau kita mendapati ada orang islam yang mencuri, berzina, dan yang lainnya, kita tidak boleh menyalahkan agamanya, karena islam justru melarang dari itu semua, akan tetapi orang itu sendiri yang tidak mau taat pada agamanya.

Juga sebaliknya, jika kita mendapati wanita yang tidak berjilbab, namun ia sangat baik akhlak dan hatinya, maka bukan karena tidak berjilbab dia jadi baik, tapi karena memang dia orang yang berkarakter baik. Kalau wanita ini sudah baik sebelum berjilbabnya, maka bagaimana kalau ia berjilbab, maka ia pasti akan lebih baik lagi.

6. Mengundang jodoh yang shalih

Ketahuilah bahwa laki-laki shalih adalah dambaan setiap wanita yang mulia, begitu pula wanita shalihah adalah dambaan laki-laki yang mulia. Dengan mengenakan jilbab, anda akan dinilai sebagai seorang wanita yang shalihah, sehingga secara otomatis jodoh yang shalih pun akan segera menghampirinya.

7. Menunjukkan harga diri pemakainya

Apabila seseorang memiliki sesuatu yang berharga, apa yang harus ia lakukan? Ia pamerkan untuk semua orang secara gratis, ataukah disimpan di tempat yang aman, yang hanya orang-orang tertentu yang boleh melihatnya? Demikian pula wanita yang memandang dirinya amat berharga, ia takkan membiarkan semua orang bebas melihatnya, apalagi menjamahnya. Hanya suamilah yang bebas melihatnya, itupun setelah sang suami memberikan sejumlah harta sebagai maharnya. Bandingkan dengan orang yang bertabarruj, semua orang boleh dan bebas melihat dan menikmatinya secara gratis!!

8. Memberi teladan yang baik kepada sesama

Memberi teladan yang baik terhadap sesama amatlah besar pahalanya. Dengan mengenakan jilbab, berarti anda mengajarkan kepada sesama muslimah bagaimana cara berbusana yang baik dan benar. Bila ada wanita lain yang tertarik dengan jilbab yang anda kenakan, kemudian ia mengikutinyaa, maka anda akan mendapatkan pahala selama ia mengenakan jilbabnya. Bukankah Rasulullah telah bersabda, “Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengamalkannya." [3]

9. Melatih diri untuk sabar dalam ketaatan

Sabar dalam mentaati perintah Allah memang berat, karenanya ia perlu latihan. Dengan berjilbab, anda melatih diri untuk dicibir orang, sabar agak kepanasan dan sabar menghadapi tantangan lainnya. Namun ingatlah bahwa itu semua pasti berakhir, dan anda-lah yang akan beruntung.

10. Jilbab membuat awet muda

Ini bukanlah omong kosong, akan tetapi secara ilmiah dapat dibuktikan. Gejala penuaan rata-rata terlihat pada kulit yang mulai berkeriput dan kendor, demikian pula rambut yang mulai beruban. Hal itu disebabkan oleh dampak negatif dari pancaran sinar matahari.

Maka intensitas terkenanya pancaran sinar matahari bagi wanita yang tidak berjilbab lebih banyak karena tidak ada pelindung bagi tubuhnya. Sehingga kulitnya akan lebih cepat keriput akibat pengaruh sinar matahari.

Sedangkan mereka yang berjilbab, insyaAllah akan aman dari dampak negatif sinar matahari, sehingga mereka tidak cepat kelihatan tua alias awet muda.

11. Menghemat pengeluaran

Bagi anda yang berpenghasilan pas-pasan, mengenakan jilbab merupakan solusi ekonomis yang sangat tepat. Karena anda tidak perlu lagi mengeluarkan banyak uang untuk perawatan kulit, kosmetik, dan lain sebagainya. Kosmetik yang anda pakai pun cukup yang sederhana tanpa harus memakainya berlebih. Sebab anda hanya berdandan dan tampil cantik di depan suami.

Bandingkan dengan mereka yang bertabarruj, yang setiap harus dandan, atau ke salon, dan lain-lain. Berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk itu semua dalam setiap bulannya? Jelas ini termasuk tindakan mubadzir yang diharamkan.

Sebaliknya dengan berjilbab anda ikut meringankan suami yang kerja keras demi mencukupi keluarga. Anda juga bisa sedekah dengan uang yang semula untuk tabarruj tersebut. Sehingga anda akan mendapatkan dua pahala sekaligus, pahala meringankan suami dan pahala sedekah.

12. Menghemat waktu

Pernakah anda berfikir berapa jam yang anda habiskan untuk berdandan tiap harinya? Atau ketika memilih gaun mana yang cocok dipakai untuk hari ini, esok,lusa, untuk rapat, untuk pernikahan, dan seterusnya? Bayangkan jika waktu yang banyak itu anda pergunakan untuk ibadah, belajar, dan hal-hal lain yang lebih bermanfaat, pasti banyak kemanfaatan yang kita peroleh dalam setiap harinya.

Bandingkan kalau anda mengenakan jilbab setiap hari, paling hanya 15–20 menit yang anda perlukan untuk itu, dan itu pun bernilai ibadah bagi anda. Anda pun tak perlu dandan repot-repot atau bingung dalam memilih gaunnya, juga dengan jilbab anda sudah cukup terlihat cantik dan anggun.

13. Menjaga kebersihan hati

Jilbab membantu kaum mukminin dan mukminat untuk menjaga kebersihan hati mereka, memakmurkannya dengan takwa, ketundukan dan ketaatan kepada Allah.

Allah berfirman :

“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-Ahzab : 53)

Kalau ibunda kaum mukminin saja diperintahkan untuk berhijab terhadap para sahabat, padahal keimanan dan ketakwaan mereka jauh lebih besar dari kita, bagaimana dengan kita ? Maka perintah ini lebih wajib untuk kita terapkan jika melihat rendahnya keimanan dan ketakwaan kita.

14. Mengurangi kesenjangan sosial

Jilbab adalah pakaian sederhana yang cocok dipakai setiap kalangan, baik tua maupun muda, kaya maupun miskin. Dengan memasyarakatkan jilbab, kesenjangan sosial dalam masyarakat akan berkurang. Sehingga dampak negatif yang biasa muncul, seperti iri, dengki, dan kerenggangan hubungan di tengah-tengah masyarakat dapat dihindari. Dengan demikian sifat kekeluargaan dan ukhuwah islamiyyah sesama wanita muslimah semakin terpelihara. Dan masih banyak lagi manfaat dari berjilbab bagi si pemakainya, keluarga, masyarakat maupun agama.




-------------------------
[1] Lihat selengkapnya : Lautan Mukjizat Di Balik Balutan Jilbab, Sufyan bin Fuad Baswedan, hal 35–64.
[2] HR. Bukhari (6502)
[3] HR. Muslim (1893), Abu Dawud (5129) dan At-Tirmidzi (2671)
Share:

Syarat-Syarat Jilbab Syar'i

Wahai para wanita muslimah, hendaklah jilbab (baju kurung) yang kalian pakai memiliki beberapa syarat
yang memenuhi ketentuan syari’ berikut ini : [1]


1. Menutupi seluruh badannya selain bagian yang dikecualikan

Jilbab itu harus menutupi kepala dan seluruh badannya kecuali anggota tubuh yang dikecualikan. Hal ini sebagaimana firman Allah:

“Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat.” (QS. An-Nur : 31)

Dari Qatadah berkata bahwa Rasulullah :

إِنَّ الْجَارِيَةَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ يَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا وَجْهُهَا وَيَدَاهَا إِلَى الْمُفَصَّل

“Jika seorang wanita telah haid, maka tidak boleh terlihat darinya kecuali wajah dan kedua tangannya sampai pergelangan.” [2]

Dari Nafi’ berkata, bahwa Ibnu Umar berkata, “Perhiasan yang biasa tampak ialah wajah dan kedua telapak tangan.”[3]

Ibnu Rusyd berkata, “Ini adalah pendapat mayoritas ulama.” Di antaranya, Imam Abu hanifah, Imam malik, Imam syafii, salah satu riwayat dari imam Ahmad, Ibnu qudamah juga merajihkan pendapat ini dalam al-Mughni dan al-Mardawai dalam al-Inshaf.

Tolak ukur “perhiasaan yang biasa terlihat“ dalam ayat di atas bukanlah menurut kebiasaan seseorang atau masyarakat tertentu. Akan tetapi yang menjadi tolak ukurnya ialah kebiasaan dari sudut kaca mata syariat. Sehingga seorang wanita tidak boleh menampakkan bagian tubuhnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya sebagaimana ayat di atas.

2. Bukan berfungsi sebagai perhiasan

Allah telah melarang para wanita untuk menampakan perhiasan yang ada pada dirinya dan memerintahkan kepada mereka agar mamanjangkan jilbab dan kain kerudungnya untuk menutupi perhiasan tersebut. Dengan demikian, jilbab maupun kain kerudung itu berfungsi sebagai pelindung terhadap perhiasan yang dipakainya agar tidak terlihat oleh pandangan laki-laki asing.

Sehingga tidak dapat dibayangkan apabila jilbab maupun kain kerudung itu dipenuhi dengan model dan hiasan yang menarik pandangan orang lain. maka ia akan beralih fungsi menjadi sebuah perhiasan dan bukan lagi sebagai penutup perhiasan yang mereka kenakan. Oleh karena itu, larangan Allah menampakan perhiasan bagi seorang wanita bersifat umum, baik perhiasan yang menempel pada tubuhnya, seperti kalung, gelang, anting-anting, dan yang lainnya. Ia juga mencangkup pakaian yang ia kenakan.

Imam Adz-Dzahabi berkata, "Di antara perbuatan para wanita yang dibenci ialah menampakan perhiasan, emas dan mutiara yang dipakainya. Memakai minyak misk atau wewangian yang lainnya saat keluar rumah. Memakai baju berwarna-warni, rok yang dilapisi sutera, dan sejenis pakaian yang pendek dengan lengan yang lebar dan panjang. Semua itu termasuk jenis tabaruj yang dibenci oleh Allah, termasuk para pelakunya baik di dunia maupun di akhirat. Karena perbuatan inilah yang telah menjamur di kalangan wanita Rasulullah bersabda, “Aku melihat ke dalam Neraka, maka aku dapati mayoritas penghuninya adalah para wanita.”[4]

3. Kainnya harus tebal dan tidak tipis

Seorang wanita harus memakai pakaian yang terbuat dari bahan yang tebal. Disamping kain yang tebal, pakaian tersebut juga harus longgar dan tidak ketat. Dengan demikian seluruh tubuhnya akan tertutupi dengan sempurna, tidak akan terlihat dari pandangan orang lain, dan akan mencegah dari munculnya fitnah. Apabila pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan yang tipis dan transparan, maka fungsi pakaian tidak lagi ada padanya.

Rasulullah telah mengancam seorang wanita yang memakai pakaian yang tipis maupun transparan dengan ancaman yang sangat keras. Wanita semacam itu termasuk golongan Kasiatun 'Aariatun (wanita yang berpakaian tapi telanjang). Ia tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aromanya, padahal aroma surga dapat tercium dari jarak perjalanan selama tujuh puluh tahun.

Ibnu Abdil Bar berkata, "Wanita semacam itu adalah Kasiatun (berpakaian) secara Dzahirnya, akan tetapi pada hakikatnya ‘Ariatun (telanjang)." Bahkan Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan di dalam kitabnya Az-Zawair an Iqtirofi al-Kabair bahwa perbuatan memakai pakaian yang tipis termasuk dosa besar, karena terdapat ancaman yang keras di dalamnya.

4. Harus longgar dan tidak ketat
Pakaian seorang wanita tidak boleh ketat yang akan menampakan bentuk tubuhnya. Meskipun pakaian tersebut menutupi seluruh tubuhnya. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah sebagai seorang wanita yang berpakaian namun telanjang. Karena pada hakikatnya ia berpakaian, namun di sisi lain pakaian tersebut menggambarkan lekuk tubuhnya seolah-olah ia tidak berpakaian. sehingga pakaian tersebut tidak berfungsi lagi sebagai penutup aurat. Karena tidak ada bedanya antara berpakaian dengan tidak berpakaian. Yang membedakan hanya kulit yang tertutupi oleh kain yang membalutnya. Akan tetapi lekukan tubuhnya sangat terlihat jelas seperti halnya ia tidak berpakaian. perkara inilah yang akan menjadi sumber fitnah apabila ia keluar rumah dan berbaur di tengah kaum laki-laki.

Kondisi ini telah menjangkit mayoritas wanita muslimah. Banyak dari mereka yang keluar rumah hanya memakai kaos, baju kemeja, celana pendek, celana levis, rok span di atas lutut, atau celana traning yang tipis dan lentur yang di pakai saat senam dan lain sebagainya. Apakah mereka tidak merasa takut dengan acaman yang disampaikan oleh Rasulullah. Orang-orang seperti mereka merupakan salah satu golongan yang tidak akan dilihat oleh Allah pada hari kiamat dan mereka tidak akan mencium wanginya surga yang dapat dirasakan dari jarak perjalanan yang sangat jauh.

Rasulullah bersabda :

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Dua golongan dari penghuni neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang memegang cemeti (cambuk) seperti ekor sapi untuk memukul manusia. Dan wanita yang mengenakan pakaian tapi terlihat telanjang, berjalan melenggak-lenggok dan kepalanya bergoyang seperti bergoyangnya punuk unta. Mereka tidak akan masuk surga, bahkan tidak akan mencium aromanya. Padahal aroma surga itu dapat tercium dari jarak perjalanan sekian-sekian.” [5]

Abdul Karim Zaidan berkata, "Fungsi sebuah pakaian adalah sebagai penutup, menutupi tubuh wanita dari pandangan laki-laki asing untuk mencegah terjadinya fitnah dan kerusakan. Adapun pakaian yang ketat sama sekali tidak memiliki fungsi tersebut. Karena model pakaian tersebut menggambarkan bentuk tubuh wanita, memperlihatkan lekuk tubuh atau sebagian anggota tubuhnya. Sehingga pada hakikatnya ia tidaklah berfungsi sebagai penutup, tidak melindungi dari pandangan laki-laki asing, tidak mencegahnya dari fitnah, gejolak syahwat, dan kerusakan. Oleh karena itu, islam melarang wanita memakai pakaian yang ketat dan mensyaratkan agar pakaian mereka harus longgar agar tidak menggambarkan sesuatu dari tubuhnya, memperlihatkan lekak-lekuk tubuhnya dan supaya tidak tampak oleh pandangan laki-laki asing."

Dari Usamah bin Zaid ia berkata, "Rasulullah memberiku baju Qibthiah yang tebal. Ia merupakan hadiah yang beliau terima dari kepala suku al-Kalbi. Kemudian baju itu aku pakaikan kepada isteriku. Rasulullah bertanya kepadaku." Kenapa kamu tidak memakai baju Qibthiah-nya? "Aku menjawab, "Aku berikan kepada isteriku." Kemudian beliau berkata, "Perintahkan kepadanya agar ia mengenakan ghilalah (sejenis gaun bagi kaum wanita), aku khawatir baju itu akan menggambarkan lekukan tubuhnya."

Al-Baihaqi meriwayatkan dari Umar bin Al-Khathab dalam kitab Al-Madkhal bahwa banyak orang memakai baju Qibthiah saat itu. Kemudian Umar berkata, "Janganlah isteri-isteri kalian memakainya" Salah seorang laki-laki berkata, "Wahai Amirul Mukminin, aku memakaikan baju itu kepada isteriku. Aku memperhatikannya baik dari depan maupun belakang, tapi aku tidak melihatnya tipis (transparan)." Umar berkata, "Meskipun tidak tipis tapi ia menggambarkan bentuk tubuhnya."

Ibnu Rusyd al-Maliki berkata, "Pakaian Qibthiah adalah sejenis pakaian ketat yang melekat pada tubuhnya karena modelnya yang sempit. Sehingga menampakan bentuk tubuhnya, menggambarkan kemolekannya dan memperlihatkan sesuatu yang dianggapnya indah. Oleh karena itu, Umar melarang seorang wanita memakainya sebagai bentuk pengamalan atas perintah Allah dalam firman-Nya :

“Dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat.” (QS. An-Nur : 31)

5. Tidak diolesi wewangian atau parfum

Seorang wanita dilarang memakai wewangian atau parfum saat keluar rumah. Baik yang dioleskan pada pakaian maupun tubuhnya. Karena wewangian seorang wanita akan mengundang fitnah dan membangkitkan gelora syahwat kaum laki-laki. Demi menjaga kebaikan di antara mereka, maka islam mengharamkan perkara itu. Banyak sekali hadits-hadits yang menunjukan pelarangan tersebut, diantaranya:

Dari Abu Musa Al-As’Ary bahwa Rasulullah bersabda :

أَيَّمَا امْرَأَةٍ اِسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ عَلَى قَوْمٍ لِيَجَدُوا مِنْ رِيْحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ

“Siapa saja dari seorang wanita yang memakai wewangian kemudian lewat di hadapan kaum laki-laki agar mereka mencium aromanya, maka ia telah berzina.” [6]

Dari zainab bahwa Rasulullah bersabda :

إِذَا خَرَجَتْ إِحْدَاكُنَّ إِلَى الْعِشَاءِ، فَلَا تَمَسَّ طِيبًا 

“Jika di antara kalian (para wanita) keluar menghadiri shalat isya, janganlah memakai wewangian.” [7]

Dalam hadits di atas kita bisa mengetahui bahwa seorang wanita dilarang memakai wewangian ketika hendak pergi ke masjid, padahal masjid adalah tempat ibadah, yang mana kaum laki-laki dipisahkan dari kaum wanita. Maka bagaimana jika ia pergi ke pasar, Mall, tempat wisata, atau tempat-tempat ramai lainnya yang bercambur baur di dalamnya antara laki-laki dan perempuan. Tentu hal ini lebih terlarang dan lebih besar dosanya. Al-Haitami mengatakan dalam kitabnya Al-Zawajir, “Keluarnya seorang wanita dari rumahnya dengan bersolek dan memakai wewangian termasuk dosa besar meskipun atas izin dari suaminya.”

6. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

Rasulullah telah melarang dan melaknat seorang wanita yang menyerupai laki-laki, baik dalam hal berbusana maupun yang lainnya. Demikian juga sebaliknya, seorang laki-laki tidak boleh menyerupai seorang wanita dalam hal berpakaian maupun yang lainnya.

Dari Abu Hurairah berkata :

لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ يَلْبَسُ لِبْسَةَ الْمَرْأَةِ، وَالْمَرْأَةُ تَلْبَسُ لِبْسَةَ الرَّجُلِ

“Rasulullahmelaknat seorang laki-laki yang memakai pakaian wanita, dan seorang wanita yang memakai pakaian laki-laki.” [8]

Dari Abdullah bin Amr bahwa bersabda :

ثَلَاثٌ لَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ، وَلَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: العَاقُ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ الْمُتَشَبِّهَةُ بِالرِّجَالِ وَالدَّيُوْثُ

“Tiga golongan yang tidak akan masuk surga dan Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat, anak yang durhaka terhadap orang tuanya, para wanita yang menyerupai laki-laki, dan mucikari.[9]

Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari, “Imam Thabari berkata, “seorang laki-laki tidak boleh menyerupai seorang wanita baik dalam hal berbusana maupun perhiasan yang menjadi ciri khasnya, begitu juga sebaliknya.”[10]

Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah berkata, “Secara kontekstual hadits tersebut melarang tasyabuh dalam semua perkara. Akan tetapi, berdasarkan dalil-dalil yang lainnya, tasyabuh yang dimaksud ialah dalam hal pakaian, beberapa sifat, gerak-gerik dan yang semisalnya, bukanlah tasyabuh dalam hal kebaikan.”

Hikmah dilarangnya seorang wanita menyerupai laki-laki ataupun sebaliknya bahwa, kesempurnaan seorang wanita terletak pada keteguhannya dalam mengenakan busana yang sudah menjadi ciri khasnya dan atribut perhiasan yang sesuai baginya. Allah telah mensyariatkan semua itu sebagai ciri khas bagi kaum wanita, untuk melindungi dan menutupi mereka. Demikian juga kesempurnaan seorang laki-laki terletak pada keteguhannya dalam memakai pakaian sesuai dengan apa yang telah Allah syariatkan dan atribut yang selaras baginya.

Apabila seorang wanita memaksakan diri keluar dari apa yang menjadi ciri khasnya, baik dalam masalah pakaian ataupun yang lainnya, maka ia telah keluar dari fitrah dan kepribadiannya. Hal ini sangatlah berbahaya, di mana ia akan terkikis rasa malunya, merasa terbiasa dengan sikap tabaruj, dan lambat laun akan mencontoh sikap dan perilaku seorang laki-laki. Akhirnya terjadilah kerusakan dan kekacauan di mana-mana.

7. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir

Seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan dilarang untuk menyerupai orang-orang kafir, baik dalam ibadah, adat kebiasaan, atau pakaian yang menjadi ciri khas mereka. Ini merupakan kaidah yang sangat agung dalam agama islam. Namun akhir-akhir ini banyak dari kaum muslimin yang keluar dari kaidah ini dan terjerumus ke dalam tasyabuh terhadap kaum kafir, baik karena kebodohan mereka akan agama atau karena pengekoran terhadap hawa nafsunya. Sehingga umat islam menjadi terhina dan dikuasai oleh orang-orang kafir. Padahal Rasulullahtelah bersabda :

إِنَّ هَذِهِ مِنْ ثِيَابِ الْكُفَّارِ فَلاَ تَلْبَسْهَا

“Sungguh, ini adalah pakaian orang-orang kafir, janganlah kamu memakainya.” [11]

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

”Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka.” [12]

8. Bukan termasuk pakaian untuk mencari popularitas

Hendaklah pakaian itu bukan untuk mencari popularitas. Baik pakaian itu tergolong mahal untuk berbangga-bangga dengan dunia dan perhiasannya, atau pakaian yang bernilai rendah dan hina untuk memperlihatkan kezuhudan atau kefakirannya dengan tujuan riya. Namun bukan berarti ia tidak boleh memakai pakaian yang baik atau bernilai mahal. Karena pengharaman di sini berkaitan dengan keinginan mencari popularitas.

Rasulullahtelah memperingatkan tentang perkara ini dalam sabdanya :

مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا ، أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، ثُمَّ أَلْهَبَ فِيهِ نَارًا

“Barangsiapa memakai pakaian syuhrah (untuk mencari popularitas) di dunia, maka Allah akan memakaikan kepadanya pakaian kehinaan pada hari kiamat kemudian membakarnya dengan api neraka.” [13]

Pakaian Syuhrah ialah pakaian yang membedakan dirinya dengan pakaian manusia pada umumnya, baik dalam warna, bentuk maupun model yang akan menarik perhatian dan pandangan orang lain terhadapnya. Sehingga pakaian sejenis ini bisa terjadi karena sangat mewah, sangat jelek, sangat awet, atau sangat langka. Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Pakaian syuhrah sangatlah dibenci, yaitu pakaian yang terlalu mewah atau terlalu hina yang keluar dari adat kebiasaan. Sesungguhnya para salaf sangat membenci dua pakaian ini.”

Ibnu Abdul Qawi berkata :

وَيُكْرَهُ لَبْسُ فِيْهِ شُهْرَةٌ لَابِسٌ وَاصِفُ جَلْدٍ لَا لِزَوْجٍ وَسَيِّدٍ

Pakaian Popularitas sangatlah dibenci
Yang menggambarkan kulit bukan untuk suami dan tuannya


Jilbab adalah sebuah pelindung. Ia akan melahirkan kewibawaan dan kharisma dalam diri seorang wanita. Barangsiapa memakai jilbab dengan baik dan sesuai dengan ketentuan syari, maka ia akan terhindar dari keburukan orang lain dan akan selamat dari pelecehan orang-orang yang tak bermoral. Karena laki-laki yang melihat wanita berjilbab, ia akan merasa segan dan berusaha untuk bersikap sopan serta menghargainya. Di mana jilbab adalah cermin seorang wanita shalihah yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia menjadi simbol wanita baik yang menjaga kehormatan diri dan keluarganya. Wanita yang berjilbab akan menjadi dambaan setiap laki-laki yang shalih dan taat terhadap agamanya.

Wanita yang shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia yang dimiliki oleh orang mukmin. Tidak ada perhiasan lain yang mampu menandingi kemuliaan dan keindahan dari wanita yang shalihah. Karena perhiasan ini akan membuat ketenangan dan ketentraman batin seorang mukmin. Ia akan membuat sang suami menjadi lebih dekat dengan Allah.

Rasulullah bersabda :

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ

“Dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” [14]




-------------------------------
[1] Lihat selengkapnya : Risalah Ila Al-Mar’ah Al-Muslimah Fii At-Tarhib Min At-Tabaruj Wa At-Targhib Fii Al-Hijab, Hamad bin Ahmad Al-Marakisyi, hal 25–34 dan Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah Fii Al-Kitab Wa As-Sunnah, Syaikh Al-Albani, hal 39-213
[2] HR. Abu Dawud dalam al-Maraasil (347) dengan sanad yang shahih dari Qatadah. Hadits ini memiliki Syahid (penguat) dalam riwayat Al-Baihaqi dari Asma binti umais (13497) dengan sanad yang lemah. Akan tetapi Syaikh al-Albani menshahihkan dalam Ar-Rad Al-Mufhim hal 79 dan Sunan Abu Dawud (4104).
[3] HR. Ibnu Abi Syaibah dengan sanad yang shahih (3/384)
[4] Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah Fii Al-Kitab Wa As-Sunnah, Syaikh Al-Albani, hal 120
[5] HR. Muslim (5704), Ahmad (8650), At-Thabrani dalam ­Al-Mu'jam Al-Kabir (445) dan dalam Al-Mu'jam Al-Ausath (1811)
[6] HR. Ahmad (19711)
[7] HR. Ahmad (27047)
[8] HR. Abu Dawud (4100), Ahmad (8292), Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (5751) dan Al-Hakim (7415)
[9] HR. Ahmad (6180), Al-Hakim (244)
[10] Fathul Baari, Ibnu Hajar Al-Asqalani, 10 /332
[11] HR. Muslim (5555)
[12] HR. Abu Dawud (4033)
[13] HR. Abu Dawud (4029), Ibnu Majah (3607) dan Ahmad (5664)
[14] HR. Muslim (3716), An-Nasai (3232), Ibnu Majah (1855), Ahmad (6567)
Share:

Antara Jilbab Dan Kerudung

Dewasa ini nampak adanya salah pemaknaan terhadap bagaimana seharusnya seorang muslimah berbusana, khususnya soal makna jilbab yang sering disamakan dengan kerudung. Seperti apa perbedaan antara khimar (kerudung) dan jilbab?

Apakah jilbab dan khimar itu sama? Ada yang mengatakan bahwa jilbab sama dengan khimar. Namun pendapat yang terpilih bahwa Jilbab ialah pakaian bawah terusan (abaya/longdress) yang menutupi seluruh aurat wanita mulai dari leher hingga ujung kaki. Pakaian ini layaknya mantel atau jas hujan. Sedangkan khimar adalah pakaian atas atau penutup kepala. Desain pakaian ini yaitu menutupi kepala, leher dan menjulur hingga menutupi dada wantia dari belakang maupun dari depan (termasuk menutupi tulang selangka). Khimar ini tidak diikatkan ke leher seperti kerudung, karena jika hal tersebut dilakukan, maka akan memperjelas bentuk lekuk dada dari wanita.

Jadi khimar harus menjulur lurus ke bawah dari kepala sampai ke seluruh dada tertutupi semua. Adapun kerudung mirip dengan khimar, namun kerudung tidak dianjurkan dalam islam, karena desain kerudung hanya sebagai penutup kepala saja dan tidak sepanjang khimar yang mampu menutupi dada wanita sekaligus.

Jadi, jilbab bukanlah seperti yang banyak dipahami dalam masyarakat kita. Ia bukanlah kerudung. Akan tetapi pakaian bawah terusan yang longgar (longdress) dan mirip seperti jubah. Adapun jilbab yang dipahami dalam masyarakat kita, ia sebenarnya adalah kerudung (penutup kepala). Jika modelnya longgar, menjulur dan menutupi dada, serta tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya, maka ia disebut dengan khimar. Namun apabila modelnya sempit, pendek, tidak menutupi bagian dadanya, atau ujungnya diikatkan ke leher, dan masih memperlihatkan lekuk tubuhnya, maka ia adalah kerudung biasa yang tidak dianjurkan dalam islam dan ia bukanlah khimar.

Jilbab (baju kurung) akan membuat seorang wanita menjadi lebih cantik dan sejuk, lebih manis dan elegan. Jilbab mencerminkan betapa cantik dan manisnya hati mereka. Ia menjadi tanda akan kebaikan, keshalihan, dan kedekatannya dengan Allah dan Rasul-Nya. Ia merupakan cermin keimanan yang tinggi dari yang memakainya. Jika seorang wanita hendak tampil cantik, cantik hati maupun parasnya. Maka berjilbablah sebagaimana jilbab yang dimaksudkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bukan sekedar sepotong kain yang menutupi kepalanya, atau kerudung model yang dikenal dengan kerudung gaul, atau memakai baju yang sempit dan memperlihatkan lekuk tubuhnya. Akan tetapi ia harus longgar dan sempurna menutupi kepala maupun seluruh tubuhnya. Inilah jilbab yang syari’.

Jilbab yang dipakai oleh seorang wanita hendaklah menjulur lebar dan menutupi seluruh tubuhnya. Kelaziman ini tidak berlaku bagi isteri-isteri Nabi saja, namun berlaku pula untuk seluruh wanita muslimah yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman :

“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.“ (QS. Al-Ahzab : 59)

“Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memeliahara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.” (QS. An-Nur : 31)
Share:

Cantik Itu Relatif

Banyak orang menilai bahwa kecantikan seorang wanita bersifat relatif. Menurut si fulan wanita yang ia pandangnya adalah cantik, namun menurut yang lain ia menilai bahwa wanita tersebut biasa-biasa saja. Inilah standarisasi nafsu manusia. Ia berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda pula. Namun dari sisi perbedaan itu, ada satu titik standarisasi umum. Dalam artian ada garis perbedaan penilaian semua orang yang tidak terlalu jauh di antara mereka.

Allah telah memberikan fitrah seorang wanita berparas cantik. Di mana kecantikan ini menjadi daya magnet dan daya pikat tersendiri yang sangat kuat bagi kaum laki-laki. Nafsu manusia pasti akan tertuju kepada perkara yang satu ini. Hal ini merupakan sifat dasar semua nafsu yang dimiliki oleh setiap orang. Ia menjadi salah satu faktor yang mendorong seorang wanita dinikahi oleh seorang laki-laki dan menjadi bahan perbincangan yang tiada habisnya di antara kaum Adam. Sebagaimana Rasulullah bersabda :

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama yang baik, niscaya kamu akan beruntung.” [1]

Demikianlah selintas gambaran nafsu manusia. Ia lebih condong terhadap hal-hal yang indah, baik, dan menyenangkan. Namun dalam hadits di atas Rasulullah mewasiatkan kepada kita agar memilih seorang wanita yang memiliki agama yang baik. Karena keberadaan agama yang baik akan menjadikan ketiga perkara di atas (harta, nasab, dan kecantikan) atau salah satunya yang dimiliki oleh seorang wanita terjaga dengan baik pula. Agama akan menjadikan semuanya bernilai barokah. Karena ketiga perkara pertama bersifat sementara, adapun agama bersifat langgeng dan akan menjadikan semuanya bermakna meskipun ketiga perkara yang lain telah lenyap dari dirinya.

Allah mensyariatkan kaum Hawa untuk berjilbab dengan baik. Menutupi kecantikan dan keindahan yang ada dalam tubuhnya. Karena kecantikan wanita adalah sumber fitnah bagi kaum Adam. Ia akan dengan cepat merusak dan mempengaruhi hati dan pikiran seorang laki-laki yang melihatnya. Dengan jilbab inilah ia akan meredam semua gejolak fitnah syahwat laki-laki. Di samping itu, Allah menghendaki bahwa keindahan dan kesejukan seorang wanita hanya diperuntukkan bagi laki-laki yang halal, yaitu para suami mereka.




----------------------------
[1] HR. Bukhari (5090), Muslim (3708), Abu Dawud (2049), At-Tirmidzi (1086), An-Nasai (3230), Ibnu Majah (1858) dan Ahmad (9517)
Share:

PALING BANYAK DIBACA

ARSIP

Followers